Jika ada seratus pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika ada sepuluh pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika hanya ada satu pejuang kebenaran, Aku pastikan akulah orangnya

Jumat, 04 Desember 2009

Hadits Palsu: Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman

A. PENGANTAR
Pada tanggal 17 Agustus maupun tanggal 10 November, biasanya hadits ini seringkali muncul dalam upacara-upacara untuk menumbuhkan semangat patriotisme dan menyuburkan rasa kebangsaan. Sehingga perkataan ini begitu populer sekali di masyarakat, dihafal bahkan dianggap sebagai suatu hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad saw.
Namun permasalahannya adalah:
1.Benarkah ungkapan tersebut termasuk hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad?
2.Bagaimana dengan substansi makna kandungannya?!
Kajian berikut akan mencoba untuk mencari jawabannya.
B. TEKS HADITS
ُ حُبّ الْوَطَنِ ِ مِنَ الإِيْمَان
Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman

Derajat Hadits dan Komentar Ulama:
TIDAK ADA ASALNYA. Berikut kutipan para ulama ahli hadits:

1.As-Shaghani berkata: “Termasuk hadits-hadits yang palsu”.
2.As-Suyuthi berkata: “Saya tidak mendapatinya”.
3.As-Sakhawi berkata: “Saya tidak mendapatinya”.
4.Al-Ghazzi berkata: “Ini bukan hadits”.
5.Az-Zarkasyi: “Saya belum mendapatinya”.
6.Sayyid Mu’inuddin ash-Shafwi berkata: “Ini bukan hadits”.
7.Mula al-Qari berkata: “Tidak ada asalnya menurut para pakar ahli hadits”.
8.Al-Albani berkata: “Maudhu’ (palsu)”.
9.Lajnah Daimah yang diketahui oleh Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan: “Ucapan ini bukan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia hanyalah ucapan yang beredar di lisan manusia lalu dianggap sebagai hadits.
10.Dalam kitab Jalan Golongan Yang Selamat, karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, dalam bab 42 mengenai Contoh Hadits Maudhu' (palsu), maka di poin 6 beliau mencantumkan berikut ini: (6). Hadits maudhu'. Demikian menurut AI-Ashfahani: "Cinta tanah air adalah sebagian daripada iman."
11.Dalam kitab Hadits-Hadits Dhoif dan Maudhu' buah karya al ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, beliau berkata:
Artinya; Cinta tanah air itu sebagian dari iman. TIDAK ADA ASALNYA. Hadits diatas sama sekali tidak ada asalnya sebagaimana diterangkan oleh ulama-ulama hadits. Dan saya tidak ragu lagi bahwa riwayat diatas diPALSUkan orang atas nama Nabi Shallallahu alaihi wasallam demi menyebarkan paham "wathaniyyah" (kebangsaan) yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam (Silsilah Adh Dhaa'ifah no 36).

C. MATAN HADITS
Syaikh al-Albani berkata: “Dan maknanya tidak benar. Sebab cinta negeri sama halnya cinta jiwa dan harta; seseorang tidak terpuji dengan sebab mencintainya lantaran itu sudah tabiat manusia. Bukankah anda melihat bahwa seluruh manusia berperan serta dalam kecintaan ini, baik dia kafir maupun mukmin?!

Allah SWT. Berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka:”Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu”, niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka……” (QS. An-Nisa’: 66)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir juga mencintai tanah air mereka. Musuh-musuh Islam telah menjadikan hadits palsu ini untuk menghilangkan syi’ar agama dalam masyarakat dan menggantinya dengan syi’ar kebangsaan, padahal aqidah seorang mukmin lebih berharga baginya dari segala apapun”.

D. SEBAB TERSEBARNYA HADITS
Al-Hafizh asy-Syaukani berkata menjelaskan sebab menyebarnya hadits-hadits palsu seperti ini:

“Para ahli sejarah telah meremehkan dalam mengutarakan hadits-hadits bathil seputar keutamaan negeri, lebih-lebih negeri mereka sendiri. Mereka sangat meremehkan sekali, sampai-sampai menyebutkan hadits palsu dan tidak memperingatkannya, sebagaimana dilakukan oleh Ibnu Dabi’ dalam Tarikhnya yang berjudul “Qurrotul Uyun bi Akhbaril Yaman Al-Maimun” dan kitab lainnya yang berjudul “Bughyatul Mustafid bi Akhbar Madinah Zabid” padahal beliau termasuk ahli hadits.

Maka hendaknya seorang mewaspadai dari keyakinan ini atau meriwayatkannya, karena kedustaan dalam masalah ini sudah menyebar dan melampui batas. Semua itu sebabnya adalah fithrah manusia untuk cintah tanah air dan kampung halamannya”.
.
E. APAKAH CINTA NEGERI TERLARANG?
Al-Ustadz A. Hassan –semoga Allah merahmatinya- berkata: “Tidak ada undang-undang manusia yang tidak terdapat di hukum-hukum agama, seorang mencintai bangsa dan tanah airnya malah tidak terlarang, dia cinta kepada kerbau dan sapinya, kambing dan anjingnya, kelinci dan kucingnya, ayam dan bebeknya. Sekali lagi, agama tidak menghalangi seseorang mencintai segala sesuatu hingga tanah dan pasir di negerinya. Cuma, janganlah dibawa-bawa agama dalam urusan yang agama tidak jadikan urusan. Jangan dibawa-bawa kalimat: “Cinta tanah air sebagian dari iman”. Ini dikatakan hadits Nabi, padahal bukan.
Kalau orang cinta tanah air membawakan hadits palsu itu, maka orang cinta kucing akan membawakan hadits palsu lain:
حُبُّ الْهِرَّةِ مِنَ الإِيْمَانِ
Cinta kucing itu sebagian dari iman.
F. HENDAKNYA UNTUK ISLAM BUKAN SEKADAR KEBANGSAAN

Syaikh Muhammad al-Utsaimin berkata: “Kita apabila perang hanya untuk membela Negara tidak ada bedanya dengan orang kafir yang juga perang untuk membela Negara mereka.
Seorang yang perang hanya untuk membela negeri saja maka dia bukanlah syahid, namun kewajiban kita sebagai muslim dan tinggal di negeri Islam adalah untuk perang karena Islam yang ada di negeri kita. Perhatikanlah baik-baik perbedaan ini, kita berperang karena Islam yang ada di negeri kita. Adapun sekadar karena negeri saja maka ini adalah niat bathil yang tidak berfaedah bagi seorang. Adapun ungkapan yang dianggap hadits “Cinta negeri termasuk keimanan” maka ini adalah dusta.
Cinta Negara, apabila karena Negara tersebut adalah Negara Islam maka kita mencintainya karena Islamnya, tidak ada bedanya apakah Negara kelahiran kita ataukah Negara Islam yang jauh, maka wajib bagi kita untuk membelanya karena Negara Islam.
Kesimpulannya, seharusnya kita mengetahui bahwa niat yang benar tatkala perang adalah untuk membela Islam di negeri kita atau membela Negara kita karena Negara Islam, bukan hanya karena sekedar Negara saja”.
Al-Ustadz A. Hassan mengatakan: “Dalam mencintai tanah air secara kebangsaan itu ada beberapa kesalahannya yang besar bagi orang yang beragama Islam:

Pertama: ialah menjalankan hukum-hukum yang bukan dari Allah dan Rasul-Nya.
Kedua: karena pembawaan kebangsaan, memandang muslim di negerinya yang bukan sebangsa dan setanah air dengannya sebagai orang asing, padahal sebenarnya ia mesti dipandang seperti saudara.
Ketiga: Memutuskan perhubungan antara negeri Islam yang lain dengan alasan mereka bukan sebangsa dan setanah air, walaupun Allah dan Rasul telah katakan mereka saudara kita yang mesti bersatu.
Wallahu a’lam bishshawab.

Nasionalisme HARAM!!!


Banyak dari kalangan kaum muslim yang masih keranjingan sekali dengan faham yang satu ini. Maklum saja, hal ini memang sengaja dihembuskan oleh barat kepada dunia Islam sudah sejak lama. Bahkan nasionalisme-lah yang punya andil besar terhadap runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah yang beribukota di istanbul Turki pada waktu itu. Sadar maupun tidak, sebenarnya faham inilah yang menjadi biang kerok terhadap perpecahan ummat hingga terbukti sekarang ini negeri-negeri muslim disekat-sekat menjadi 50 negara lebih. Ada apa sih dengan nasionalisme?.
Hakikat Nasionalisme
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, dengan jernih menjelaskan nasionalisme ini dalam bukunya, Nizham al-Islam, beliau membedakan nasionalisme/kebangsaan dengan patriotisme. Meskipun sama-sama lahir dari naluri mempertahankan diri. Dalam patriotisme, perasaan yang dominan adalah upaya untuk mempertahankan diri dari ancaman luar, sementara dalam nasionalisme yang dominan adalah keinginan yang muncul dari kecintaan akan kekuasaan, terutama atas bangsa-bangsa lain.
Pada awalnya keinginan mempertahankan diri atau mencintai kekuasaan adalah sah-sah saja. Namun kemudian, ia menjadi berbahaya tatkala dijadikan sebagai ikatan untuk mempersatukan manusia atas dasar ras/etnik sebagai sesuatu yang paling suci dan paling tinggi. Nasionalismelah yang menyebabkan konflik terus-menerus, karena satu nation (bangsa/suku) sering bersaing untuk saling menguasai dan menaklukkan bangsa/suku yang lain. Semangat nasionalisme ini pula yang turut mendompleng ambisi bangsa-bangsa kapitalis untuk melakukan kolonialisasi yang penuh darah atas bangsa-bangsa lain.
Sama halnya nasionalisme yang merusak, patriotisme merupakan ikatan yang lemah, rapuh dan tidak kekal. Pasalnya, patriotisme akan muncul kalau ada ancaman/musuh dari luar. Setelah ancaman/musuh ini hilang, pudarlah ikatan ini; Di beberapa negara patriotisme menjadi senjata ampuh untuk melawan kolonialisme, namun menjadi lumpuh setelah penjajah lenyap. Bisa diambil contoh dahulu semangat nasionalisme masyarakat Indonesia ketika masih dijajah sangat menggebu-gebu, bahkan kita sering dengar slogan "RAWE RAWE RANTAS MALANG MALANG PUTUNG" atau "BERSATU KITA TEGUH BERCERAI KITA RUNTUH", namun setelah Indonesia merdeka semangat nasionalisme itupun pudar, lihat saja kasus timor-timur, aceh, papua, dan daerah-daerah lain yang malah ingin memisahkan diri dari NKRI. Mana Nasionalismenya ???
Lagipula, nasionalisme maupun patriotisme tidak memiliki konsepsi untuk menyelesaikan persoalan kehidupan. Rasa kesatuan kebangsaan hanya dimanfaatkan untuk memadukan kekuatan demi mengusir penjajah dan tidak dijabarkan dalam strategi penataan struktur sosial, politik, dan ekonomi yang merealisasikan kesatuan dan kedaulatan bangsa-bangsa pasca penjajahan.

Seperti apa pandangan Islam mengenai faham nasionalisme ???
Dalam pandangan Islam, nasionalisme maupun patriotisme jelas diharamkan. Bahwa umat islam harus mempertahankan dirinya, itu benar. Namun, dorongannya bukanlah nasionalisme/patriotisme, tetapi perintah Allah SWT untuk berjihad. Islam tidak melarang kaum muslim untuk meraih kekuasaan dan memperluas kekuasaan. Namun, kekuasaan dalam islam bukanlah kekuasaan itu sendiri. Tetapi untuk menerapkan syariah di tengah-tengah umat Islam sekaligus menyebarluaskan dakwah Islam ke seluruh dunia.
Ikatan nasionalisme ini semakin jelas keharamannya ketika menjadi tujuan tertinggi dan mengalahkan ikatan akidah islam. Dalam islam, ikatan tertinggi yang menyatukan manusia adalah akidah islam. Dengan tegas Allah SWT berfirman yang artinya: "sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara" (QS al-Hujurat [49] : 10). Artinya, bangsa atau etnis manapun, selama ia mukmin, adalah saling bersaudara.
Terkait dengan keharaman faham nasionalisme ini, Rasulullah saw juga telah menegaskan dalam sabda beliau berikut: "Bukan termasuk Ummatku orang yang mengajak pada Ashabiyah, dan bukan termasuk ummatku orang yang berperang atas dasar Ashabiyah, dan bukan termasuk ummatku orang yang mati atas dasar Ashabiyah." (HR.Abu Dawud). Itu berarti Islam tidak kenal dengan yang namanya nasionalisme, maksudnya itu tidak diajarkan oleh Islam bahkan harus dijauhi, haram untuk diperjuangkan. Paham seperti ini dalam al-quran dikenal dengan ashabiyah. Rasulullah mempersatukan kaum muhajirin dan anshor dengan satu landasan yaitu akidah Islamiyah. Bukan karena landasan nasionalisme atau yg lainnya. Rasulullah mengumpamakan kita seperti satu tubuh yang saling melengkapi satu sama lain.
Ikatan nasionalisme sesungguhnya telah memecah belah umat islam dalam negara bangsa (nation state) yang berbeda- beda. Padahal, sebelum itu mereka dipersatukan selama berabad-abad dalam wadah Daulah Islamiyah. Sepertinya sikap mementingkan keselamatan bangsa sendiri ini akan menyelamatkan. Nyatanya tidak. Tindakan seperti itu justru akan memperkuat penjajah kapitalis seperti AS untuk memperluas penjajahannya. Diamnya umat islam karena lebih mendahulukan kepentingan bangsanya membuat AS secara leluasa menyerang negeri-negeri Islam dulu hingga sekarang seperti Afganistan dan Irak sekaligus mendukung Israel menyerang Palestina. Iran pun berada dalam ancaman AS. Bukan mustahil, Indonesia adalah giliran selanjutnya.
Namun, perlu juga kita tegaskan, menolak nasionalisme sebagai paham bukan berarti kita tidak mencintai bangsa. Perjuangan kaum muslimin seharusnya untuk menolak kapitalisme sekaligus berupaya menerapkan syariah Islam dalam wadah Khilafah justru didorong oleh rasa cinta kepada bangsa ini. Bukankah akibat penerapan ideologi kapitalisme bangsa ini termasuk bangsa-bangsa lain di dunia islam menderita? Bukankah pula hanya syariah Islam yang akan menjadi solusinya?
Menolak nasionalisme bukan pula berarti kita menginginkan negara dan bangsa ini terpecah-belah. Justru syariah Islam akan memperkuat sekaligus memperluas persatuan dan kesatuan bangsa dan negara ini. Sebab, syariah Islam telah mengharamkan setiap upaya pemisahan dan disintegrasi umat. Khilafah Islam akan menjadi negara global yang lintas bangsa, suku, warna kulit, bahkan agama. Ikatan yang mengikat mereka adalah ikatan ideologi bukan ikatan nasionalisme. Oleh karena itu  maka sudah saatnya kaum muslim pada umumnya dan para pemuda atau mahasiswa pada khususnya berjuang menegakkan syariah dan khilafah sebagai konsekuensi keimanan kita kepada Allah SWT.

Sabtu, 24 Oktober 2009

Konspirasi Di balik Agenda Kesehatan Reproduksi

Ide tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) ini mugkin tidak begitu dipahami oleh masyarakat pada umumnya, khususnya para remaja. Mereka langsung saja menerima mentah-mentah ide ini ketika ada LSM yang mengadakan seminar yang membahas ini. Bahkan ada instansi pemerintahan yang menjadikan agenda KRR ini sebagai kurikulum yang akan diterapkan kedalam sekolah-sekolah.

Apa KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) itu?

KRR ini digagas oleh kafir Barat dengan paham kebebasan karena remaja dianggap kurang paham soal seks dan kespro. Jadi cenderung melakukan seks bebas. Hak-hak reproduksi remaja , seperti hak mendapatkan informasi dan pendidikan kespro dan belum terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender yang menginginkan reproduksi tidak harus dalam bingkai keluarga. Dalam pandangan ini kespro didefinisikan sebagai “suatu keadaan utuh kesejahteraan fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan”. Artinya, agar mental dan sosial “sehat”, bila seseorang ingin melakukan seks harus difasilitasi. Bila terjadi KTD (kehamilan tidak diinginkan) dan ingin aborsi, harus difasilitasi pula.

Adanya liberalisasi seks dan legalisasi aborsi melalui program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di bawah garis Internasional Conference Population Development (ICPD) tahun 1994 lalu di Kairo, Mesir. Setelah konferensi itu terjadi perubahan paradigma dalam kependudukan yaitu pembatasan kelahiran dan jaminan kebebasan bagi wanita terhadap penggunaan alat-alat reproduksinya.

Setelah 15 tahun program KRR ini diimplementasikan, justru remaja lebih terperosok lebih dalam pada pergaulan bebas. Pada tahun 1992, sebelum diterapkannya program KRR, pelaku seks pranikah di 12 kota besar di Indonesia adalah sebesar 10-13%. Namun pada tahun 2008 (setelah 14 tahun diterapkannya KRR), Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA) menemukan bahwa pelaku seks pranikah naik menjadi 62,7% di 33 provinsi di Indonesia, yang berarti sekitar 26 juta remaja hidup bergelimang syahwat. Yang menyedihkan lagi, berdasarkan survey KNPA tahun 2008, dari remaja-remaja yang melakukan seks bebas tersebut, jumlah remaja yang melakukan aborsi adalah sekitar 7 juta remaja. Itu artinya generasi muslim mengaborsi 7 juta calon bayi per tahun, artinya umat Islam telah kehilangan 7 juta calon muslim itu, jika ibu yang mengaborsi tetap hidup. Tapi jika tidak, maka jumlahnya akan semakin banyak. Jumlah ini meningkat lebih dari 50% dibanding jumlah aborsi remaja sebelum diterapkannya program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), yaitu ”baru” sekitar 3 juta kasus. Belum lagi 81,87% penderita AIDS adalah remaja dari 10-20 juta yang rawan tertular AIDS. AS sendiri telah menggelontorkan dana yang sangat banyak untuk program ini. Ini menunjukkan rencana buruk AS. AS menggelontorkan uang yang tidak sedikit, lebih dari 2 miliar US$, diantaranya untuk menyebarkan 10,5 juta kondom, 2 juta pil aborsi, lebih dari 73 juta IUD (salah satu alat KB).

STOP KRR !!!

Ide kespro terpancar dari pandangan hidup liberal/sekular. Jelas sekali ide KRR itu tertuju terhadap komunitas tertentu (baca : generasi kaum muslimin). Kaum liberalis mencoba mengesahkan perbuatan zina menjadi hal yang wajar, padahal didalam Islam zina adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk (TQS.Al Isra: 32). Mengklaim aborsi aman, padahal tetap saja melakuakan aborsi itu penuh dengan resiko : komplikasi urologi, kemandulan bahkan kematian dan diharamkan oleh Allah dalam firmanya : ”…dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, ….dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah…..” (TQS.Al An’am :151). Larangan nikah dini dengan dalih membahayakan kesehatan ibu dan janin karena organ reproduksi belum matang, padahal Allah menandai wanita telah baligh dengan datangnya haidh, berarti wanita tersebut sudah diamanahkan oleh Allah untuk menghasilkan generasi selanjutnya, dengan syarat melewati jalan pernikahan yang sah.

Lantas mengapa Indonesia sebagai negeri muslim terbesar mau mengimplementasikannya?
Mengapa kafir Barat masih memaksakan gagasan ditengah-tengah kaum muslimin?

Inilah bukti nyata agenda penjajahan Barat terhadap generasi muslim sebagai upaya menekan laju kebangkitan Islam.
Allah SWT telah mengingatkan kita dalam AlQur’anul Kariim yang artinya “ Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela, sehingga kalian mengikuti jalan mereka……”

Setidaknya ada dua hal yang membuat KRR tetap menjajah remaja muslim. Pertama, karena kita hidup dalam sistem kehidupan sekular kapitalistik, yaitu sistem tempat hidupnya imperialisme Barat. Kedua, karena adanya kekuatan , politik global yang mendominasi dunia yaitu Amerika Serikat yang berupaya menjajah remaja muslim melaui agenda KRR.

Upaya untuk mengenyahkan penjajahan terhadap remaja muslim melalui KRR haruslah dengan cara mensterilkan sistem kehidupan kita dari liberalism dan sekularisme. Kemudian menggantinya dengan sistem kehidupan Islam yang agung. Ini adalah pasti karena Allah telah menjanjikannya dalam QS An-Nur : 55.
Sebagaimana yang dicontohkan Rosulullah SAW, agar tujuan mewujudkan masyarakat Islam tercapai, perjuangan ini mesti bersifat ideologis dan politis. Antara lain dengan memahamkan Islam kepada masyarakat sebagai jalan hidup, solusi satu-satunya bagi persoalan kehidupan manusia, termasuk dalam pemenuhan naluri seks (gharizah na’u).

Jadi kembali kepada kehidupan Islam, bukan saja membuat remaja muslim terhindar dari seks bebas dan segala akibatnya. Tapi juga mengoptimalkan potensi berketurunan, membuat remaja selamat dunia akhirat. Mereka akan menjadi generasi bintang, siap melanjutkan estafet perjuangan dan kepemimpinan Islam rahamatan lil ‘alamin.

Sistem kehidupan Islam, yakni Khilafah Islam, akan jadi kekuatan politik yang menaklukan arogansi imperialisme Barat dan sekutunya. Termasuk membatalkan segala kesepakatan internasional yang bersifat menjajah kaum muslimin seperti KRR ala ICPD dan mematikan langkah para pendukungnya.

“Sesungguhnya Imam/Khalifah itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang dibelakangnya dan berlindung kepadanya”. (HR.Muslim)
Hadist ini sekaligus menunjukkan bahwa berjuang menghadirkan kembali Khilafah adalah kewajiban. Inilah jalan satu-satunya untuk mewujudkan semua remaja sehat dan bermasa depan.
Wallahu ‘alam

Surat Terbuka untuk Remaja Muslim Indonesia

No: 05/PN/08/08 Jakarta, 10 Agustus 2008

Wahai Sahabat, Kekasih Allah..
Kita sekarang hidup dalam “kampung kecil” dunia global. Batas-batas imajiner antar negara saat ini semakin tidak kita rasakan lagi. Apakah engkau merasakan bahwa “kampung kecil” kita saat ini begitu getol mengajak kita melupakan bahwa kita ini adalah hamba Allah?
Karena ajakan yang getol itu banyak sahabat-sahabat kita tidak lagi merasa berdosa ketika melakukan perbuatan yang dilarang Allah kekasih kita. Pernahkan kalian tahu bahwa Penelitian Objectively Verifiable Indicators (OVI) SeBAYA Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jatim 2004 menunjukkan hasil bahwa para responden usia 15-24 tahun yang sudah melakukan hubungan seksual dengan satu orang atau lebih, yakni sebanyak 49 orang dari 360 responden? Sejak Januari-Nopember 2004, tercatat 227 remaja yang melakukan konsultasi, 90 diantaranya telah melakukan seks bebas dan delapan orang positif hamil? Sedihkah engkau ketika tahu bahwa mereka melakukan itu tanpa merasa bersalah kepada kekasih kita Allah?
Harusnya kita selalu sadar bahwa Allah yang telah menciptakan kita, yang telah memberikan kehidupan kepada kita. Kita mampu bergerak karena Allah yang memberi kita jiwa. Kita mampu berpikir, bernafas,melihat,mendengar,dan meraba karena Allah memberikan kita kemampuan itu. Maka sudah sepantasnyalah kita hidup untuk melakukan yang terbaik menurut pencipta kita, pemberi kehidupan kita. Kita rasanya tidak punya keberanian untuk menentangnya, karena jiwa kita ada dalam genggamanNya.
Wahai Sahabat, Kekasih Allah..
”Kampung kecil” kita saat ini mengarahkan kita jadi pekerja-pekerja murah untuk mengolah kekayaan alam kita yang berlimpah ruah demi memperkaya para penjajah. Tahukah engkau emas kita dikuasai pengusaha Freeport. Sembilan puluh persen kekayaan minyak dan gas kita dikuasai oleh penjajah yang lain? Lihatlah di sekitar kita. Fenomena keterpurukan. Fenomena kesedihan. Semakin banyak mereka yang putus sekolah. Semakin banyak mereka yang harus berjuang di jalan menjadi pengamen, pemulung. Kenapa bisa terjadi kalau negara ini sebenarnya kaya? Apakah kita akan membiarkan kondisi ini terus berlanjut?
Wahai Sahabat, Kekasih Allah
Engkaulah remaja, pemuda harapan umat. Engkaulah bagian dari umat terbaik yang Allah turunkan ke tengah manusia. Di tanganmu perubahan itu bisa diwujudkan. Ditanganmu kemaslahatan manusia dipertaruhkan. Kembalikan kekayaan yang telah Allah anugerahkan ke tangan umat, untuk kesejahteraan umat. Rebut kembali kekayaan itu dari tangan penjajah!
Wahai Sahabat, Kekasih Allah
Umat telah memanggilmu! Umat telah memanggilmu! Umat menaruh harapan besar di pundakmu. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada dirimu untuk terus berbuat, untuk terus bergerak untuk menjadi pemuda tangguh. Pemuda berkepribadian Islam. Bersama-sama dengan pemuda muslim lain, menyusun barisan rapi, menghadirkan solusi Islam, menegakkan kembali peradaban Islam. Menghilangkan pengaruh peradaban kapitalisme yang rendah di dunia, sehingga hidup manusia akan menuju kembali ke kehidupan yang cemerlang.
JURUBICARA MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA

Febrianti Abassuni
HP. 08129049930
Gedung Anakida Lt. 7
Jl. Prof. Soepomo No. 27, Jakarta Selatan - 12790
Telp / Fax : (62-21) 8305848
Website : http//:www.hizbut-tahrir.or.id
==========================================================
Selamatkan Remaja Muslim!
Apa yang disampaikan oleh salah satu elemen umat Islam ini patut kita sambut. Memang benar, remaja dan pemuda Muslim saat ini berada dalam serangan brutal dari Barat yang siap menikam mereka dari segala sisi. Remaja dan pemuda Muslim merupakan aset umat yang berharga. Di tangan-tangan merekalah, perubahan masa depan yang lebih baik. Bila remaja saat ini bobrol, entah bagaimana kehidupan negeri ini di masa mendatang.
Sudah selayaknya, semua komponen dan elemen bahu membahu untuk menyelamatkan generasi muda muslim dari segala bentuk serangn brutal para kapitalis sekular. Satu-satunya cara agar kita selamat adalah kembali pada Islam. Ya, kembali pada Islam, dan hanya Islam saja. Bagaiamana mungkin kita mengenal Islam yang sempurna itu, sementara pelajaran agama di sekolah hanya dua jam? Mau, tidak mau para remaja dan pemuda mengkaji Islam komplit, di luar jam sekolahan alias remaja musti ngaji!
Tentu mengandalkan remaja saja tidaklah cukup. Keluarga, masyarakat serta negara bertanggungjawab atas persoalan remaja dan pemuda saat ini. Maka, semua komponen tersebut harus bahu membahu untuk membangunkan para remaja muslim saat ini agar mereka bangkit. Bila mereka diam saja atau tak peduli, yakinlah, di akhirat kelak semua akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. Pada saat itu, tak ada seorang pun yang bisa mengelak dari hisab-Nya. [f/m/syabab.com]

KEMERDEKAAN SEMU DALAM BINGKAI DEMOKRASI


Sudah 64 tahun Indonesia dikatakan merdeka. Akan tetapi, benarkah Indonesia sudah meraih kemerdekaan yang sesungguhnya? Sudahkah tujuan kemerdekaan diantaranya kemandirian dan kesejahteraan berhasil diwujudkan?
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita perlu mengetahui terlebih dahulu makna dari kemerdekaan itu sendiri. Kemerdekaan sering ditafsirkan orang dengan terbebasnya manusia dari penindasan-penindasan dan aturan-aturan yang mengungkungnya. Dengan kata lain, kemerdekaan adalah kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri, tanpa ada tekanan maupun campur tangan pihak-pihak lain. Orang merdeka adalah orang yang telah berdaulat sepenuhnya terhadap dirinya sendiri. Negara merdeka adalah negara yang memiliki kedaulatan untuk mengatur dirinya sendiri (Prof. Miriam Budiardjo, 1995). Dalam tulisan lain dikatakan bahwa, inti dari kemerdekaan adalah tauhid. Dengan demikian untuk menilai sejauh mana seseorang, masyarakat, atau suatu negara telah merdeka, maka harus dilihat sejauh mana mereka masih diperbudak oleh aturan, norma, adat-istiadat yang bukan dari Allah, tetapi dari bangsa asing, pemimpin diktator atau oleh hawa nafsu mereka sendiri (Dr. Ing. Fahmi Amhar, 2001).
Jika Indonesia disesuaikan dengan definisi-definisi tersebut, nyata sekali negeri ini belum merdeka. Sebaliknya, jika kemerdekaan hanya dimaknai bebas dari penjajahan fisik, betul negeri ini telah merdeka. Namun, harus diingat, penjajahan hakikatnya adalah penguasaan dan pengaruh atas suatu negeri untuk bisa mengeksploitasi manusianya, mengeruk kekayaannya dan merampas sumber dayanya. Jadi penjajahan tidak melulu bersifat fisik/militer. Ada bentuk-bentuk panjajahan non-fisik seperti penjajahan secara pemikiran, politik, ekonomi dan sebagainya. Penjajahan non-fisik ini jelas menguasai negeri ini. Panjajahan ini jauh lebih berbahaya. Pasalnya, penjajahan seperti ini mampu menjadikan bangsa terjajah secara tidak sadar mengadopsi konsepsi, sistem dan ideologi buatan penjajah.
Setelah merdeka secara fisik, negeri ini, misalnya, secara tidak sadar malah mengadopsi sistem politik warisan penjajah, yaitu demokrasi, yang lahir dari ideologi Kapitalisme. Demokrasi dijadikan alat oleh pihak asing (penjajah) untuk merecoki negeri ini. Contohnya tampak pada aspek fundamental, yaitu penyusunan konstitusi dan perundang-undangan. Amandemen konstitusi yang lalu terlihat banyak dipengaruhi (baca: didikte) oleh pihak asing/penjajah. Akibatnya, kostitusi negeri ini makin bercorak liberal. Hal yang sama juga terjadi pada penyusunan UU (undang-undang). Pihak asing berhasil mencampuri pembuatan/pengesahan sejumlah undang-undang, bahkan dari mulai pembuatan draft (rancangannya)-nya. Akibatnya sejumlah UU makin kapitalistik dan sangat liberal, yang ujung-jungnya lebih memihak asing/penjajah. Sebut saja UU Migas (UU No. 22 Th. 2001), UU BUMN (UU No. 19 Th. 2003), UU PMA (UU No. 25 Th. 2007), UU SDA (UU No. 7 Th. 2004), UU Kelistrikan (UU No. 20 Th. 2002), dan lainnya.
Di bidang pertahanan dan keamanan, hingga saat ini alat pertahanan masih bergantung pada pihak asing. Berbagai kebijakan keamanan pun banyak dipengaruhi pihak asing, terutama negara besar. Ambil contoh, kebijakan dalam kasus terorisme.
Adapun ketidakmandirian negeri ini paling jelas tampak pada aspek ekonominya. Dengan memilih sistem ekonomi kapitalisme, negeri ini masih berada dalam cengkeraman asing/penjajah, yang notabene negara-negara kapitalis besar seperti AS. Karena hal itu, negeri ini pun akhirnya terjebak dalam jerat utang dan harus menjadi pasien IMF. Akibat langsung yang dirasakan rakyat negeri ini adalah penghapusan subsidi. Kebutuhan rakyat pun menjadi mahal tak terjangkau. Demi memenuhi amanat liberalisasi investasi, kekayaan alam (minyak dan barang tambang) diserahkan kepada pihak asing. Sesuai mandat privatisasi, BUMN-BUMN pun beralih ke tangan swasta, khususnya asing. Padahal, BUMN jika dikelola dengan baik, bisa menjadi sumber pemasukan sangat besar bagi negara untuk menjalankan pembangunan, memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat dan mensejahterakan seluruh rakyatnya. Namun karena privatisai, negara kehilangan sumber pemasukan. Beban pembiayaan negara pun dibebankan kepeda rakyat. Misalnya melalui pajak dan pungutan lain yang beragam dan bertambah besar. Beban yang harus ditangung rakyatpun kian hari kian berat.
Setelah 64 tahun merdeka, perekonomian Indonesia justru makin dicengkeram asing, dan rakyatlah yang harus menanggung bebannya. Kemiskinan telah menyebabkan jutaan anak mengalami kekurangan gizi. Angka kriminalitas pun meningkat tajam, begitu juga dengan angka kekerasan dalam rumah tangga yang berujung pada perceraian pun melonjak. Bahkan semakin banyak perempuan yang akhirnya terjerumus dalam lembah pelacuran. Tentu masih banyak dampak buruk lainnya akibat penjajahan non-fisik yang masih mencengkeram negeri ini.
Pemaparan di atas mungkin telah bisa menjawab dua pertanyaan pokok di awal, bahwa Indonesia belum meraih kemerdekaan yang sesungguhnya, atau dengan kata lain hanya sebatas meraih kemerdekaan semu. Nah, ada satu pertanyaan lagi yang harus kita jawab dalam rangka untuk melengkapi pembahasan sebelumnya yaitu bagaimana agar kemerdekaan hakiki benar-benar dapat diwujudkan?
Kemerdekaan hakiki adalah terbebasnya manusia dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan pada Tuhannya manusia (Allah SWT). Hal ini tidak bisa diwujudkan selama sistem/aturan yang digunakan adalah sistem/aturan buatan manusia, terutama yang bersumber dari ideologi kapitalisme seperti sistem demokrasi. Semua itu hanya bisa diwujudkan dengan penerapan sistem yang berasal dari Allah Yang Maha Adil, pencipta manusia, alam dan seisinya sebagai wujud penghambaan kepada-Nya. Sistem itu tiada lain adalah sistem Islam.
Walhasil sistem Islamlah yang akan memerdekakan manusia dari segala bentuk penindasan, menebarkan kebaikan, rahmat, dan hidayah, mewujudkan kesejahteraan dan kehidupan, merealisaksikan keadilan, melenyapkan kezaliman yang membelenggu manusia, dan menyelamatkan manusia dari kegelapan sistem buatan manusia.
Jelas yang diperlukan oleh negeri dan bangsa ini adalah sistem yang baik sekaligus subyek (pelaku/pelaksana) yang baik pula. Itulah sistem Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah, yang dijalankan oleh Muslim yang berkepribadian Islami. Dengan itu kemerdekaan hakiki, termasuk kemandirian dan kesejahteraan, akan bisa terwujud dan dinikmati oleh semua, Muslim dan non-Muslim. Wallahu a’lam.

Sebuah Peringatan!!!


Gempa di Padang terjadi pada pukul 17:16, gempa susulan 17:58, dan gempa di Jambi besok harinya terjadi pada pukul 08:52. Coba cocokkan dengan al-Qur’an!:
1. 17:16, maksudnya QS al-Isra’ (17) ayat 16
         •   •  
Terjemah:
“dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
2. 17:58, maksudnya QS al-Isra’ (17) ayat 58
                   
Terjemah:
“tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).”
3. 08:52, maksudnya QS al-Anfal (8) ayat 52
               •     
Terjemah:
“(keadaan mereka) serupa dengan Keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. mereka mengingkari ayat-ayat Allah, Maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Amat keras siksaan-Nya.”
Tiga ayat di atas adalah ayat tentang diturunkannya azab, bagi kaum yang bermewahan (pelantikan anggota dewan yang menghabiskan dana tidak sedikit) dan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah (Aqidah Syariah). Wallahu a’lam (eramuslim.com)

Minggu, 18 Oktober 2009

Ya Alloh, betapa lemahnya diriku…

Entah berapa banyak waktu ku habiskan tanpa guna, ku hanya bisa meratapi itu di akhirnya. Oh betapa bodohnya aku yang selalu menyia-nyiakannya. Tak guna sama sekali ku sesali ini semua, namun tangis kesedihan ini tak bisa ku bendung adanya.
Baru kemaren hati tersenyum penuh bunga, mendapatkan pujian penuh asa. Motivasi serasa muncul di depan mata, untuk meningkatkan perjuangan demi tegaknya panji Islam tercinta. Oh, betapa senangnya. Oh, betapa gembiranya.

Namun, hari ini kesenangan itu serasa menghilang begitu saja. Untuk yang ke sekian kalinya, kritikan pedas terlontar menusuk dada. Nasihat bijak namun tak tertata keluar dari mulut sang ulama. Ya! ulama. Serasa tak pantas jikalau aku memberikan penilaian padanya, karena aku hanya orang biasa yang bodoh dan tak ada apa-apa di depannya.

Sungguh, betapa luka rasa di dada. Betapa tercabik-cabiknya asa tatkala menatap dan mendengar peluru tajam yang keluar dari lisannya. Lisan sang ulama yang begitu fashih, begitu paham dengan ilmu yang dipunya-nya. Entah tak ada rasa atau apa, tapi ku yakin dia adalah seorang yang sangat tak peka. Ya, ku rasa dia sama sekali tak merasa bersalah meremehkan kami bertiga.

Hmm, boleh jadi kami bertiga terutama aku memang pantas untuk diremehkannya. Karena aku memang tak sehebat, sepintar, dan sekritis dia. Sangat jauh perbandingan antara aku dan dia. Yah, wajarlah jika seorang ulama lebih tinggi derajatnya ketimbang orang yang biasa-biasa saja, toh al-Qur’an juga sudah mengabarkannya.
Huch, apa untungnya sih aku memikirkan ucapannya. Memang, siapa dia? Orang tua, bukan! Sahabat, juga bukan! Guru, apalagi! dia hanya berkedudukan sebagai dosen dalam hidupku, tak lebih dari itu. jika diri tak ingat Pencipta, jika diri tak ingat OrTua, sama sekali tak ingin ku jumpa dia untuk yang selanjutnya. Aku bosan dengan perilakunya yang sangat tak bersahabat kepada mahasiswa, sangat tak peka dengan kondisi sekitarnya.

Hwaaaaah, masa bodo aku dengan ucapan pedasnya! Persetan dengan kedudukannya! Mau dia ulama atau apa, yang ku tahu Alloh hanya melihat taqwanya. Ilmu tanpa amal, toh juga tak ada apa-apanya! dia berbuat begitu pada kami bertiga, nanti dia juga akan menerima balasannya.

Ya Alloh, mengakui kesalahan itu sangatlah mudah. Namun, alangkah sulit memperbaikinya. Di hadapanMu aku memang seorang makhluk yang sangat lemah. Namun, di hadapan sesama aku tak pantas berlaku lemah. Ya Alloh, bantu aku menjadi Mu’minah yang kuat! Demi bangkitnya kejayaan Islam tercinta, berikanlah kekuatan itu Ya Alloh! Aamiin, Allohu Akbar!!!

Sabtu, 10 Oktober 2009

“Kebenaran” Kaum Pluralis dan Kesia-siaan “Tuhan”

Jika teori kaum pluralis benar, maka Allah telah melakukan kesia-siaan atas apa yang telah Dia (Allah) lakukan selama ini

Oleh: Zarnuzi Ghufron*

www.hidayatullah.com--Pada dasarnya kita semua sepakat dengan tujuan utama kaum pluralis-liberal. Mereka ingin mewujudkan sikap saling menghormati dan toleransi di antara umat beragama. Bahkan bukan hanya antar-agama saja, tapi juga yang lain, seperti: antar negara, bangsa, suku, ras, dan yang lainnya. Karena ini yang diajarkan Islam. Tapi sayang, kaum pluralis menempuh jalan yang salah untuk mewujudkan tujuan mereka. Mereka menyempitkan diri dengan berfikir bahwa menghormati agama harus dengan cara menbenarkan semua agama, dengan alasan bahwa semua agama pada dasarnya sama. Yakni mengajarkan kebaikan, mengabdi kepada Tuhan, walaupun setiap agama berbeda penafsiran tentang-Nya. Sehingga mereka memiliki semboyan, "satu Tuhan seribu tafsir" dan –menurut mereka-- sikap merasa bahwa agama sendiri paling benar akan memunculkan sikap tidak menghormati agama lain.

Penilaian kebenaran sebuah agama telah mereka persempit dengan alasan-alasan tersebut. Sehingga seolah wilayah agama hanya terbatas dalam wilayah tersebut. Adanya persamaan di semua agama dalam mengajarkan kebaikan, seperti menghormati orang tua, saling membantu, melarang berbohong, mencuri, dan lain-lain, tidak bisa dengan sendirinya bisa menjadi justifikasi bahwa ajaran semua agama adalah benar.

Begitu juga dalam hal sama-sama ingin menyembah Tuhan. Bagi Islam, untuk membenarkan sebuah agama membutuhkan kajian yang sangat panjang, tidak sesempit yang difikirkan kaum pluralis. Di sini kita tidak perlu memperdebatkan ajaran untuk berbuat baik dengan sesama manusia yang diajarkan oleh semua agama. Kita hargai hal itu, bahkan bukan atas dasar agama pun harus kita hargai (selama tak bertentangan dengan syariat). Walaupun kita tidak membenarkan agama tersebut.

Di dalam masalah persamaan tujuan ingin mengabdi kepada Tuhan, ada yang menjadi pertanyaan bagi kita. Apakah hanya dengan sebuah tujuan saja mampu menjadi dalil kebenaran sebuah agama dengan sendirinya. Tanpa melihat: apakah yang dituju memang sudah benar, cara yang ditempuh, dalil atau dasar yang digunakan, dan apakah dalil tersebut juga benar-benar dapat dipertanggung-jawabkan?

Semisal, ada dua orang asal Jawa Timur ingin pergi ke Jakarta, masing-masing ingin berangkat sendiri-sendiri. Yang satu naik travel jurusan Jakarta dan dia akhirnya sampai di Jakarta, karena dia mendapat petunjuk tentang rute tersebut dari sumber yang dapat dipertanggung-jawabkan. Berbeda yang satunya lagi. Yang ini naik kapal laut dan travel jurusan Irian Jaya, tapi dengan maksud menuju Jakarta, karena dia tidak tahu atau mendapat sumber yang salah tentang rute Jatim-Jakarta. Apakah dengan demikian kita akan mengatakan bahwa keduanya sama-sama benar? Dan telah sampai serta sesuai tujuan, karena melihat tujuannya sama, menuju Jakarta. Begitu pun dalam menyembah Tuhan.

Kaum pluralis dengan pemahaman yang dia miliki, ingin mencoba menghilangkan kontradiksi antaragama dengan membenarkan semua agama dan keyakinan. Pemikiran ini sebenarnya ingin menghilangkan kontradiksi, akan tetapi malah memunculkan ragam kontradiksi. Membenarkan semua hal yang saling kontradiksi adalah hal yang tidak masuk akal.

Kita ambil contoh tiga agama terbesar di dunia dalam memahami Tuhan --karena masalah Tuhan adalah hal yang paling fundamental dalam kehidupan beragama. Islam meyakini Tuhan itu hanya satu, tidak beranak dan juga tidak diperanakkan. Yahudi meyakini Uzair selain sebagai anak Allah, juga meyakininya sebagai Tuhan, sehingga Tuhannya pun ada dua: Allah dan Uzair. Dan Nasrani dengan Trinitasnya meyakini bahwa Tuhan dikonsepkan menjadi 3 oknum, yaitu: Tuhan Bapa (God the Father), Tuhan anak (Jesus the Christ), dan Tuhan Roh Kudus (The Holy Spirit). Ketiga-tiganya di dalam keyakinan mereka merupakan sehakikat dan satu dalam kesatuannya. Dari tiga agama yang berbeda ini, semua mempunyai penafsiran yang berbeda dan saling kontradiktif tentang siapa Tuhan, sehingga tidak bisa dipertemukan menjadi satu buah kesimpulan. Karena sifat kontradiksi adalah, antara yang satu dengan lainnya saling membatalkan. Orang yang meyakini semuanya benar, sama dengan berkeyakinan: "bahwa Tuhan itu hanya satu, juga dua, juga tiga. Tidak beranak, juga beranak, dan tidak diperanakkan, juga diperanakkan".

Konsep Keyakinan dan Kabar Shodiq

Setiap orang yang telah memiliki keyakinan tentang Tuhan dengan konsep tertentu, akan tetapi dia kemudian meyakini konsep yang lain --yang kontradiksi dengan konsep yang telah dia yakini--, maka dia sama dengan telah membatalkan keyakinan awal yang dia yakini. Karena keduanya tidak mungkin menyatu, akan tetapi yang mungkin adalah saling membatalkan.

Melihat objek yang dikaji satu, yaitu siapa itu Tuhan, sekarang kita bertanya, dari mana ketiga agama tersebut mendapat informasi tentang Tuhan, dan apakah sumber informasi tersebut dapat dijadikan pegangan?

Untuk mengetahui sesuatu yang bersifat material dan dapat dirasa, maka kita mencukupkan dengan panca indera. Dan untuk yang bersifat metafisik (ghaib) atau yang tak kita ketahui secara langsung, baik yang telah terjadi atau akan terjadi, maka cukup dengan informasi yang dapat dipercaya (al-khobar al-masduq).

Seperti adanya perang Salib, kita tak melihatnya secara langsung, tapi kita bisa yakin bahwa perang Salib memang pernah terjadi, karena ada berita yang dapat dipercaya sehingga kita bisa yakin bahwa informasi itu benar. Begitu juga tentang perkara yang ghaib, seperti adanya Tuhan, malaikat, syaitan, surga, neraka, dan perkara yang akan terjadi, seperti Hari Kiamat, Yaumul Hisab, kita sekarang tidak mengetahuinya kecuali dari sebuah kabar yang benar-benar dapat dipercaya atau meyakinkan, yaitu dari Al-Quran dan hadis mutawatir.

Tuhan adalah Dzat yang ghaib, semua agama meyakini adanya. Akan tetapi semua saling berbeda keyakinan mengenai sifat-sifat dan siapa itu Tuhan, dan pengetahuan mereka tentang Tuhan semuanya diperoleh dari informasi yang mereka dapat, karena semua tidak melihat Tuhan secara langsung. Kaum Nasrani mengetahui Tuhan dengan trinitasnya lewat Injil. Kaum Yahudi mengetahui Uzair sebagai Tuhan dan anak Allah lewat Taurat, orang Islam mengetahui Tuhan hanya Allah lewat Al-Quran. Dari ketiga agama tersebut semua mendapat informasi tentang Tuhan lewat kitab suci masing-masing. Dan masing-masing mengatakan bahwa kitab suci mereka berasal dari utusan Tuhan.

Dan kini, sejarah telah membuktikan, Taurat sudah tidak asli lagi, begitupun Injil. Dan ini diakui oleh kalangan teolog Kristen sendiri, setelah melakukan penelitian bahwa Injil sudah tidak asli lagi dan menjadi beragam versinya, dan isinya saling bertentangan. Dan hanya Al-Quran yang tetap terjaga keasliannya sampai sekarang.

Dengan ini, Injil dan Taurat (versi sekarang) telah gagal menjadi sumber informasi tentang Tuhan. Bagaimana kita akan meyakini kebenaran isinya, sedangkan kitabnya saja sebagai sumber informasi bermasalah dan tak meyakinkan bahwa keduanya memang benar dari Nabi utusan Tuhan, seperti yang kaum Nasrani dan Yahudi dakwakan. Adalah keyakinan rapuh yang dibangun di atas sumber informasi yang rapuh dan tidak dapat diyakini kebenarannya. Lalu kenapa harus dibenarkan?

Dari tiga model pemahaman tentang Tuhan yang saling kontradiktif tersebut, sekarang kita bisa mengambil kesimpulan, mana sumber informasi tentang Tuhan yang harus dijadikan pegangan, dengan melihat keorisinilan kitab suci tersebut, dan kita tidak perlu lagi melihat kontradiksi yang ada. Siapa yang salah menilai siapa itu Tuhan, maka telah salah dalam menemukan Tuhan. Salah membawa alamat, berkonsekuensi tidak akan menemukan yang dicari dan tidak perlu dinilai benar.

Saya yakin, kaum pluralis di dalam kehidupan sehari-hari mereka selektif ketika menerima berita, sebagai tabiat kaum terdidik, dengan memilih sumber infomasi yang kuat dan dapat dipercaya, agar mendapat berita yang benar. Tapi sayang, mereka tak mampu menerapkannya di dalam memahami kebenaran informasi yang digunakan semua agama. Sehingga agama yang dibangun atas dasar sumber informasi yang kuat ataupun yang rapuh, tiada bedanya bagi mereka.

Islam dan Syariat Para Nabi

Keterkaitan dakwah Nabi Muhammad dengan nabi-nabi sebelumnya adalah untuk saling menguatkan dan menyempurnakan. Dan yang mereka dakwahkan semua terdiri atas dua pokok: pertama, akidah dan kedua syariat dan akhlak. Syariat adalah untuk membentuk hukum guna mengatur kehidupan masyarakat dan individu. Setiap umat para nabi mempunyai syariat sendiri-sendiri, seperti: syariat Nabi Musa as., syariat Nabi Isa as., dan syariat Nabi Muhammad saw. Setiap syariat yang baru menghapus syariat sebelumnya, sehingga syariat Nabi Muhammad adalah syariat terakhir untuk manusia hingga datang hari Kiamat. Adanya perbedaan di dalam syariat, karena syariat adalah jenis pengadaan (nau'ul insa') sehingga dibedakan antar-umat dengan umat yang lainnya, dengan melihat perbedaan zaman dan kondisi umat para nabi waktu itu. Karena tujuan pokok syariat adalah kemaslahatan umat manusia di dunia dan akhirat.

Adapun masalah akidah, di antara semua nabi tidak ada perubahan dan perbedaan, mulai dari Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw. Semua mengajak untuk mengesakan Allah dan mensucikan-Nya dari sifat-sifat yang tak patut bagi-Nya, iman kepada para nabi, Hari Akhir, hisab, surga, dan neraka. Dan setiap mereka membenarkan dakwah nabi sebelumnya dan memberi kabar akan datangnya nabi setelahnya.

Kesamaan akidah para nabi ini karena akidah adalah jenis berita/informasi (nau'ul ikhbar), seperti kabar bahwa Tuhan hanya satu, yaitu Allah dengan segala sifat yang Dia miliki, kabar adanya Hari Kiamat, hisab, surga, neraka, dll. Dan sebuah berita yang dapat dipercaya dan dibenarkan adalah berita yang isinya tidak saling berbeda dan bertentangan di antara pembawa berita yang berbeda-beda, dan mereka semua telah dimaklumi sebagai orang yang jujur. Seandainya ada sebuah berita yang dibawa oleh banyak orang dan isinya saling kontradiktif, maka berita tersebut tidak dapat dipercayai. Maka tidak masuk akal, seandainya salah satu Nabi mengabarkan bahwa Tuhan itu tiga, yang lain mengatakan dua, dan lainnya lagi mengatakan satu, dan semuanya saling membenarkan pernyataan yang satu dan yang lainnya. Dan bagaimana juga kita akan mengimani bahwa sumbernya satu, wahyu dari Tuhan, seandainya isinya saling bertentangan.

Ketika Allah mengutus para nabi, semua kaum telah memiliki sesuatu yang mereka anggap Tuhan. Akan tetapi tidak ada yang dilakukan oleh semua nabi kecuali mengajak untuk meninggalkan apa yang mereka anggap Tuhan dan mengajak manusia untuk hanya bertuhan kepada Allah, mengesakan-Nya dan mensucikan-Nya dari sifat-sifat yang tak patut bagi-Nya.

Seandainya teori pluralisme agama (teori bahwa semua agama benar) dan dibenarkan oleh Allah, maka Allah telah melakukan kesia-siaan (Maha Suci Allah dari kesia-siaan atas apa yang Dia lakukan), karena Dia mengutus rasul pada umat yang telah memiliki sesuatu yang dianggap Tuhan, dan semuanya saling berbeda penafsiran. Wallahu a'lam bisshowab

Penulis adalah mahasiswa Fakultas Syariah, Universitas Al-Ahqoff, Hadramaut, Yaman, dan koordinator Forum Kajian Ilmiah di Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Yaman wilayah Hadaramaut. [www.hidayatullah.com]

Golkar Akan Tarik Tokoh Liberal

Tak sampai sehari terpilih menjadi Ketua Golkar, Abu Rizal Bakrie mengaku akan “menarik” Rizal Mallarangeng, tokoh liberal yang sangat dekat dengan AS

Hidayatullah.com—Mantan tim sukses pasangan calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono, Rizal Mallarangeng, tiba-tiba tercatat di dalam daftar pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar periode 2009-2015 yang dipimpin Aburizal Bakrie.

Susunan pengurus harian DPP Golkar hasil Musyawarah Nasional (Munas) di Pekanbaru, Riau, diumumkan di Hotel Labersa, Kamis (8/10) malam.

Anggota formatur dari wilayah timur, Ridwan Bae, mengatakan, Rizal yang juga adik kandung Juru Bicara Presiden, Andi Mallarangeng, menjabat Ketua Bidang Pemikiran dan Bagian Kebijakan.

Penyusunan pengurus dilakukan setelah Aburizal, yang kerap disapa Ical, terpilih sebagai Ketua Umum DPP Golkar. Ical menang mutlak atas tiga pesaingnya, yakni Surya Paloh, Tommy Soeharto, dan Yuddy Chrisnandi, Kamis (8/10).

Masuknya nama Rizal di dalam kepengurusan Golkar cukup mengejutkan kader Golkar. Pasalnya, pengamat politik ini sebelumnya dikenal amat "dekat" dengan Partai Demokrat.

Bahkan melalui lembaga Fox Indonesia, doktor ilmu politik lulusan Amerika Serikat (AS) ini bergabung dengan dua saudaranya yang lain --Choel Mallarangeng dan Andi Mallarangeng-- menjadi tim pemenangan pasangan SBY-Boediono pada Pemilihan Presiden (Pilpres) lalu, di mana Golkar mengusung pasangan Jusuf Kalla-Wiranto.

Tak pelak, saat anggota Dewan Formatur, Ridwan Bae membacakan nama Rizal, beberapa orang meneriakkan kata "huuu" begitu keras. Tak jelas apa makna teriakan itu. Namun yang pasti, selama ini Rizal memang tak pernah tercatat sebagai kader Golkar.

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie mengungkapkan alasannya menarik Rizal menjadi Ketua DPP Bidang Pemikiran dan Kajian Kebijakan.

"Golkar ingin membuat sebuah lembaga kajian. Kemampuan dia sudah teruji. Karena itu saya ambil dia. Siapapun yang diambil, harus sesuai dengan orang yang memakai, dan saya ingin memakai kepandaian dia," kata Ical, seusai penutupan Munas Golkar, tadi malam.

Liberal

Sebagaimana diketahui, Freedom Institute merupakan lembaga kajian yang didirikan keluarga Bakrie, di mana Rizal tercatat sebagai Direktur Eksekutif lembaga tersebut. "Saya yang meminta (Rizal), bukan dia yang minta ke saya," ujar Ical.

Freedom Institute adalah lembaga pemikiran yang selama ini dikenal publik dengan penyelenggaraan diskusi-diskusi rutinnya. Lembaga terpilih sebagai salah satu penerima 2006 Templeton Freedom Award Grants dari Atlas Economic Research Foundation. Jaringan think tank terbesar di dunia yang berbasis di Amerika Serikat itu akan memberi Freedom Institute hadiah sebesar US$10,000.

Penghargaan ini termasuk dalam kategori Templeton Freedom Award for Institute Excellence, yang juga diberikan kepada delapan lembaga lain di sejumlah negara. Hadiah akan diserahkan secara resmi pada acara Liberty Forum yang diselenggarakan Atlas pada 20-21 April di Colorado Springs, Colorado, AS.

Hadiah Templeton Freedom Award diberikan khusus kepada organisasi-organisasi yang dianggap menjanjikan Amerika, terutama mereka yang bergiat mengkampanyekan kebebasan ekonomi dan kebebasan individu.

Di antara program penting Freedom Institute adalah penerbitan buku liberal. Freedom Institute telah menerjemahan buku-buku pemikiran liberal, lebih kurang 10 judul dalam setahun. Lembaga ini juga melakukan pelatihan terhadap wartawan, penyenggaraan Forum Freedom, acara talk show yang disiarkan setiap Senin pagi di kantor berita beraliran liberal, Radio 68H (direlay 50 stasiun radio di seluruh Indonesia).

Sebagaimana diketahui pula, hubungan Aburizal Bakrie dan Rizal Mallarangeng memang dikenal akrab. Ini tak lain karena pendirian Freedom Institute mendapat dukungan keluarga Bakrie.

Dalam pidato acara “Achmad Bakrie Award” tahun 2006, almarhum WS Rendra sempat mengatakan, “Dalam hubungan kesejarahan itu bisa dipahami bahwa saya menaruh hormat yang tinggi kepada “Freedom Institute” dan keluarga Bakrie, yang sadar untuk mendorong kemajuan pertumbuhan kesusasteraan di Indonesia.”

Ini juga diakui Ical sendiri Kamis lalu di beberapa media massa. “Kalau orang lain tidak setuju tidak masalah. Rizal Mallarangeng adalah orang yang saya pakai membangun Freedom Institute,” katanya dikutip Kompas. [cha, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

Minggu, 19 Juli 2009

KIPRAH SANG BINTANG KAPITALISME

Detik Finance Jakarta menyebutkan bahwa Sri Mulyani hampir bisa dipastikan menempati posisi menteri keuangan. Wacana menempatkan wanita kelahiran Semarang itu menjadi Gubernur Bank Indonesia, pupus sudah. Sumber detikcom di Istana, senin (13/7/2009) mengungkapkan, dalam kabinet barunya nanti, SBY sudah menyatakan secara langsung kepada Sri Mulyani, bahwa dia akan tetap dipertahankan di kabinet. Posisi yang dipercayakan kepada Sri Mulyani adalah tetap menteri keuangan. Pada awalnya Sri Mulyani diplot untuk berkantor di kebun sirih, menggantikan Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI). Sejak Boediono menjadi Cawapres, kursi Gubernur BI hingga sekarang masih kosong. “Sri Mulyani sebenarnya sudah menyatakan kesediaannya untuk dicalonkan sebagai Gubernur BI. Kesediaannya itu disampaikan secara langsung kepada Presiden SBY,” Jelas sumber di Istana itu. Namun demikian, masih menurut sumber tersebut, SBY kemudian memiliki pertimbangan lain mengingat tantangan 5 tahun ke depan adalah difokuskan pada pertumbuhan ekonomi, maka SBY hampir bisa dipastikan akan mempercayakan posisi menteri keuangan tetap di tangan Sri Mulyani. Karena SBY menilai, Sri Mulyani adalah sosok pekerja keras, rajin, pantang menyerah, bekerja sepenuh hati untuk bangsa dan Negara. “Sri Mulyani itu tidak neko-neko orangnya,” kata sumber itu mengutip penilaian SBY.

Terkait hal di atas, kiranya perlu ada banyak pengkajian lagi tentang penilaian SBY terhadap murid kesayangan professor Widjojo Nitisastro (Ketua Mafia Berkeley) itu, terlebih dengan adanya penghargaan yang diberikan kepadanya sebagai Menteri Keuangan terbaik Dunia 2006 versi Emerging Market Forum dan Majalah Euro Money.

Penilaian semacam ini agak mengejutkan dilihat dari prestasi ekonomi Indonesia yang memble belakangan ini. Kalangan analisis, sebagaimana diberitakan di Media Indonesia Online justru mempertanyakan kriteria apa yang dipakai untuk menilai. Mereka juga mempertanyakan kredibilitas dari lembaga-lembaga yang memberikan penghargaan tersebut. Sri Mulyani memang dikenal sangat dekat dengan IMF dan World Bank. Sudah pernah kita ketahui bahwa kedua lembaga Internasional tersebut tak ingin melepaskan cengkeramannya di Indonesia. Maka berbagai cara dilakukan, salah satunya mungkin dengan pemberian penghargaan yang rasanya tak pantas itu.

Sebagaimana diketahui, sebelum menjadi menteri di kabinet, ia adalah Direktur Eksekutif IMF di Washington, 2002-2004. Belum cukup. Sebelumnya, sejak 2001, ia bekerja sebagai konsultan US-IAD yang tak lain adalah saluran siluman (invisible conduit) dari pemerintah Amerika, demi kepentingan politiknya. Sehingga tak heran kalau ia beserta dedengkotnya rela menjual Negara demi kepentingan asing dan kelompoknya.

Cukup jelas sosok Sri Mulyani. Ada yang bilang dialah perwakilan IMF di dalam kabinet Indonesia bersatu. Dengan jabatan terpenting dalam masalah ekonomi ada di tangannya, IMF tak perlu lagi ke Indonesia untuk membuat lobi. Semua beres.

Tak aneh, ia ditabalkan oleh Majalah Euro money yang berkantor di London, sebagai Menteri Keuangan terbaik Dunia 2006. salah satu pertimbangannya adalah perjuangannya yang gigih untuk menaikkan harga BBM. Begitulah selalu cara mereka menepuk bahu, menghargai prestasi.

Padahal, hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan keuangan pemerintah 2007, dinyatakan sebagai disclaimer alias ditolak. “kacau balau tak bisa diperiksa,” kata salah seorang anggota BPK. Bagaimana bisa hasil kerja Menteri Keuangan terbaik dunia disclaimer?

Masihkah anda percaya dengannya? Kalau tidak, saatnya perubahan! Ganti dia beserta dedengkotnya dengan orang-orang yang amanah dan menerapkan sistem yang diridhai oleh Allah SWT.

-Dikutip dari berbagai sumber-

Belajar Berbicara Lewat Menulis


Bagi sebagian orang, berbicara di depan publik adalah suatu hal yang lazim dan merasa tak ada beban sama sekali. apalagi bagi mereka yang punya rasa percaya diri yang tinggi, serta pengetahuan yang lebih. lain halnya dengan aku yang sangat tak terbiasa dengan kondisi tersebut. Walaupun banyak hal yang ingin dan harus aku sampaikan, aku selalu memilih untuk diam seribu bahasa.

Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tak bisa melangsungkan kehidupannya dengan baik tanpa adanya interaksi dan komunikasi yang baik pula terhadap sesamanya. hal itu secara tak langsung telah menuntutnya agar mempunyai kemampuan yang baik dalam dua hal tersebut.

Lebih khususnya lagi, sebagai seorang muslim yang berkewajiban mengemban da’wah, kemampuan berkomunikasi dan interaksi yang baik merupakan syarat primer yang tak bisa ditolerir lagi. Adanya adalah suatu keharusan. Dan tidak adanya merupakan suatu ancaman. Bagaimana manusia yang lain tahu tentang substansi da’wah yang dia emban, jikalau itu hanya disimpan di dalam pikiran. Bagaimana juga manusia yang lain bisa paham, kalau dia enggan menyampaikan. Alih-alih mengajak mereka mengikuti jalan Tuhan, eh justru dia membiarkan mereka mengikuti jalan syaitan.

Inilah salah satu yang menjadi masalah terberat dalam hidupku, masalah besar yang akan mengancam masa depanku. Masalah besar yang sangat, sangat, dan sangat mengganggu kehidupanku. Apa jadinya aku, jikalau masalah ini tak segera ku pecahkan. Aku tak ingin terus menerus menjadi pecundang, karena sejatinya pecundang adalah temannya syaitan. Tapi, aku juga belum pantas dikatakan pejuang, sebab masalah sekecil ini saja aku belum mampu menyelesaikan. Jadi, sebutan apa yang paling pantas untukku???

Mungkin, aku adalah seorang yang plin-plan.

Ya, biarlah mereka menganggapku plin plan. Dan juga tak mengapa seandainya mereka sampai hati mengatakanku pecundang. Tapi, mulai saat aku menulis tulisan ini aku bertekad, aku akan belajar berbicara di depan publik lewat menulis.

Rabu, 27 Mei 2009

Hidup Tanpa Khilafah, Seperti Keledai


“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim.” (TQS. Al-Jumu’ah : 5)

Kita dianggap keledai? Demikianlah apa adanya gambaran Allah SWT yang menyamakan kita manusia –yang sebaik-baik bentuk ini- dengan keledai, hewan yang sering digambarkan sebagai hewan dungu. Kalau Allah SWT menggunakan kata-kata keledai, tentu saja kita harus berpikir keras dan merenung kenapa? Dalam ayat diatas, kata-kata seperti keledai yang membawa buku-buku tebal, ditujukan kepada manusia yang sudah diberikan pedoman hidup yakni Taurat tapi tidak melaksanakannya. Sama seperti umat Islam yang sudah diberikan oleh Allah SWT al-Qur’an tapi tidak mau melaksanakannya dan mengamalkannya.

Ya, mari sama-sama kita akui, betapa banyak isi al-Qur’an yang tidak kita laksanakan. Dalam hukum-hukum yang sifatnya ritual-individual saja, banyak diantara kita yang lalai, seperti shalat, puasa, dan lain-lain. apalagi dalam aspek mu’amalah. Hampir sebagian besar hukum-hukum yang ada di al-Qur’an tidak dilaksanakan lagi. Ekonomi kita, mengadopsi sistem kapitalis. Cirinya, bank ribawi bertebaran dimana-mana. Kita juga pinjam hutang (atau dipaksa ngutang) ke IMF, tentu saja dengan riba. Privatisasi menjadi kebijakan utama negara. Aset-aset Negara dijual, atas nama privatisasi. Tidak peduli air, minyak, listrik yang sebenarnya merupakan pemilikan rakyat (milkiyah ‘amah) dijual habis. Politik kita, meniru sepenuhnya sistem politik kapitalisme-sekuler, yakni sistem demokrasi. Dalam sistem ini, kebenaran ditentukan oleh banyak orang, atas nama suara rakyat. Sementara hukum Allah berupa syariah Islam, ditinggalkan.

Banyak sekali hukum-hukum Allah tidak dilaksanakan, padahal hal tersebut jelas ada di dalam al-Qur’an. Kitab suci yang diperjuangkan Rasulullah dan sahabat ini, kita tinggalkan. Meskipun kita masih mengakui al-Qur’an sebagai kitab suci kita. Jadi kita seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal.

Hukum-hukum Islam hanya ada di al-Qur’an yang disimpan rapi di lemari kita. Kitab-kitab fiqih di perpustakaan, tidak diamalkan. Padahal kita mengatakan al-Qur’an merupakan pedoman hidup kita. Apa pengaruhnya kalau pedoman hidup kalau tidak diamalkan. Apa pengaruhnya lampu lalu lintas kalau tidak dipatuhi? Apa artinya larangan dokter kepada pasiennya kalau tidak dilaksanakan?

Inilah yang pernah dikhawatirkan oleh Rasulullah saw, terjadi pada umatnya. Sebagaimana firman Allah SWT: “Berkatalah Rasul, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Qur’an ini sebagai sesuatu yang diabaikan.” (TQS. Al-Furqan : 30)

Apa penyebab utamanya? Jawabannya, kita tidak memiliki sistem negara lagi, yang disebut Daulah Khilafah Islam, yang menerapkan hukum Islam. Negara kita adalah negara sekuler yang justru menolak hukum Islam dengan alasan jangan bawa agama ke sektor publik. Ide sehebat apapun kalau tidak ada institusi negara yang menerapkan, akan jadi ide khayal. Ide-ide komunis misalnya, membutuhkan negara untuk diterapkan di masyarakat, yakni negara sosialis-komunis. Ide-ide kapitalis yang demikian canggih, juga tentu butuh negara kapitalis untuk menerapkannya.

Sama halnya dengan hukum-hukum Islam yang ada di al-Qur’an, tentu butuh negara untuk menerapkannya. Itulah negara Khilafah Islam yang berawal dari Daulah Islam di Madinah, dilanjutkan oleh para Khulafa ur-Rasyidin, hingga berakhir tahun 1924. Diruntuhkan oleh agen Inggris, Mustafa Kemal Pasha At-Taturk (la’natullah ‘alaih). Karenanya agar tidak jadi keledai kita butuh kembali sistem Islam di bawah naungan daulah khilafah rasyidah ‘ala minhajin Nubuwwah. Sebab, hanya dengan Khilafah lah Syariat Islam bisa kita terapkan secara kaffah (sempurna) dalam segala lini kehidupan.

Saudaraku, mari kita rapatkan barisan, satukan langkah, berjuang bersama demi menegakkan panji Islam yang telah sekian lama kita nantikan. Takbir!!! Allahu Akbar!!!

(dikutip dari buku “Renungan Hidup Mantan Rocker Harry Moekti”)

Jumat, 08 Mei 2009

Ada Apa Dengan Diriku?


Belakangan ini, bisa dibilang aku sedang sibuk-sibuknya memikirkan nasib diriku, hingga tak sempat lagi mengurus yang lain, apatah lagi menulis.

Ku rasa, aku tak lebih dari seorang pecundang yang bermimpi menjadi seorang pejuang. Berbagai rencana dan tujuan yang telah tertuang dalam asa, begitu sulit untuk ku realisasikan. Berbagai komitmen yang keluar dari lisan maupun tulisan juga tak membuat diriku resah jika tak melakukan.

Tuhan, apa yang sedang terjadi dengan diriku? Begitu sulitnya kah ia untuk ku taklukkan? Begitu lemahnya kah aku hingga tak bisa mengalahkan?

Aku pernah dan bahkan sering mendengar, kata orang-orang, musuh terbesar dalam hidup kita adalah diri kita sendiri. Tanpa pikir panjang, perkataan itu langsung aku benarkan. Tapi suatu ketika, aku mencoba untuk benar-benar memikirkannya, membuktikan keobjektifan perkataan tersebut. Dan akhirnya aku mendapatkan jawaban, paling tidak jawaban itu bisa memuaskan diriku sendiri. Manusia memang mempunyai musuh besar, tetapi musuh besar itu bukanlah dirinya sendiri, melainkan Syaithan terkutuk yang senantiasa bersarang di setiap aliran darahnya, di sela-sela urat nadinya, dan dimana saja di dalam tubuhnya.

Tuhan, tak ada yang lain yang lebih mengerti dan memahami setiap kehendak ku terkecuali Engkau. Aku ingin kau menunjuki ku jalan yang terbaik, serta menumbuhkan kesungguhan dan kemauan yang kuat dalam diriku, hingga aku mampu menaklukkan makhluk terkutuk yang hina itu.

Jikalau sarang-sarang setan sudah menjauh dari dalam diriku, jikalau ketaqwaan kepada-Mu senantiasa mewarnai setiap detik kehidupanku, jikalau Rasulullah sudah menjadi panutan utamaku. Maka aku yakin, tak akan ada lagi istilah pecundang dalam kehidupanku. Bahkan aku yakin, kesuksesan akan dengan mudah berada dalam genggamanku.

Minggu, 08 Maret 2009

“Perbedaan di antara umatku adalah rahmat”

Mungkin kalimat di atas sudah tak asing lagi bagi kita. Bahkan banyak diantara kita yang menganggap bahwa perkataan tersebut adalah sebuah hadits, saya pun awalnya juga berangapan demikian. Namun suatu ketika waktu saya mencari-cari artikel tentang hadits di internet, saya ketemu dengan sebuah artikel yang di dalamnya menjelaskan tentang status dan keberadaan perkataan “ikhtilaafu ummaty rahmah” tersebut. Karena penasaran, saya coba baca. Dan saya pun akhirnya terkaget-kaget kalau kalimat yang berbunyi “ikhtilaafu ummaty rahmah” itu bukanlah sebuah hadits.

Berdasarkan artikel tersebut, perkataan itu sama sekali tak ada sumbernya. Para pakar hadits telah berusaha mendapatkan sumbernya dengan meneliti dan menelusuri sanadnya, namun tidak menemukannya. As-Subki mengatakan, “Hadits tersebut tidak dikenal di kalangan para pakar hadits dan saya pun tidak menjumpai sanadnya yang sahih, dha'if, ataupun maudhu'. Pernyataan itu ditegaskan dan disepakati Syeikh Zakaria al-Anshari dalam mengomentari tafsir al-Baidhawi II/92. Di situ ia mengatakan, Dari segi maknanya terasa sangat aneh dan menyalahi apa yang diketahui para ulama peneliti. Ibnu Hazem dalam kitab al Ahkam fi Ushulil Ahkam V/64 menyatakan, Ini bukan hadits. Barangkali ini termasuk sederetan ucapan yang paling merusak dan membawa bencana. Bila perselisihan dan pertentangan itu merupakan rahmat, pastilah kesepakatan dan kerukunan itu merupakan kutukan. Ini tidak mungkin akan diucapkan apalagi diyakini oleh kaum muslim yang berpikir tenang dan teliti. Masalahnya, hanya dua alternatif, yakni bersepakat atau berselisih, yang berarti pula rahmat atau kutukan (kemurkaan).

Menurut penulis artikel tersebut, perkataan tersebut akan berdampak negatif bagi umat Islam dari masa ke masa. Perselisihan yang disebabkan perbedaan antar mazhab benar-benar telah mencapai klimaksnya, bahkan para pengikut mazhab yang fanatik tidak segan-segannya mengafirkan pengikut mazhab lain. Anehnya, jangankan para pengikut mazhab, para pemimpin atau para ulamanya pun yang mengetahui syariat dan ajaran Islam tak seorang pun yang berusaha kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah Nabawiyah yang sahih. Padahal, itulah yang diperintahkan oleh para imam mazhab yang mereka ikuti. Imam-imam yang menjadi panutan mereka itu telah dengan tegas berpegang hanya pada Al-Qur'an dan As-Sunnah, ijma, dan qiyas. Karena itulah para imam dengan tegas pula menyatakan secara bersama, Bila hadits itu sahih, maka itulah mazhabku. Dan bila ijtihad atau pendapatku bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah yang sahih, ikutilah Qur'an dan Sunnah serta campakkanlah ijtihad dan pendapatku. Itulah mereka.

Karena adanya ucapan itulah, banyak umat Islam setelah masa para imam -- khususnya dewasa ini -- terus berselisih dan berbeda pendapat dalam banyak hal yang menyangkut segi akidah dan amaliah. Kalau saja mereka mau mengenali dan mencari tahu bahwa perselisihan itu buruk dan dikecam Al-Qur'an dan As-Sunnah, pastilah mereka akan segera kembali ke persatuan dan kesatuan. Ringkasnya, perselisihan dan pertentangan itu dikecam oleh syariat dan yang wajib adalah berusaha semaksimal mungkin untuk meniadakan dan menjauhkannya dari umat Islam. Sebab hal itu menjadi penyebab utama melemahnya umat Islam sebagaimana firman Allah berikut yang artinya: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.” (al-Anfal: 46)

Sampai sekarang saya masih belum bisa menyimpulkan, apakah perkataan tersebut memang sebuah hadits atau bukan. Sebab, saya masih sering saja mendengar ‘Ulama lain menyebut perkataan itu disela-sela ceramahnya. Dan yang sangat disayangkan, mereka yang menggunakan perkataan itu sama sekali tak memberikan penjelasan tentang sumber ataupun statusnya. Selain itu, dari dua orang ahli hadits yang saya tanya, keduanya juga sama sekali belum memberikan jawaban terkait hal itu. Tetapi, kata salah seorang guru saya yang lain, perbedaan diantara kaum muslimin itu memang sah-sah saja. Namun hanya sebatas masalah cabang, sedangkan untuk masalah pokok memang tidak diperkenankan. ( saudara-saudaraku, adakah di antara kalian yang mengetahuinya??? )

Oleh karena itu, sebagai muslim sejati sebaiknya kita jangan hanya bertaklid buta (masa bodo, asal ikut, ‘nda tau benar atau salah) terhadap yang disampaikan ‘Ulama kita. Namun juga kita harus aktif mencari, mencari, dan mencari tahu kebenaran tentang apa yang mereka sampaikan. Banyak kitab maupun artikel yang dapat kita gunakan sebagai referensi dalam rangka mencapai kebenaran. Wallaahu a’lam

Ganyang Israel

Ketika ribuan mesin-mesin pembunuh terus saja membantai saudara-saudara muslim di Gaza Palestina…
Ketika desingan peluru zionis tak pernah berhenti menyalak…
Ketika mortar dan bom zionis laksana hujanlebat yang tak perna berhenti…
Ketika ratusan bayi, anak-anak dan muslimah menjadi syahid…
Ketika ratusan anak-anak berteriak menangis dan melolong mencari orang tua…
Ketika ribuan korban luka-luka tidak tertampung di rumah-rumah sakit…
Ketika darah ribuan syuhada berceceran seperti sungai…
Ketika mayat-mayat syahid dibiarkan dimakan anjing-anjing Israel…
Ketika ambulan juga jadi sasaran tembak…
Ketika masjid-masjid luluh lantak menjadi target sasaran…
Ketika ribuan orang akhirnya beratap langit dan beralaskan bumi…
Ketika untuk makan dan minum harus mengais dan mengemis…
Ketika bantuan obat-obatan dan makanan mendapatkan blokade…
Ketika kecaman dan ancaman menggema diseluruh antero dunia atas kebiadaban ini…
Namun Israel zionis tetap tuli dan buta melihat kengerian yang ada…

Pertanyaannya adalah…
Mengapa pemimpin di negeri-negeri Islam hanya diam beribu bahasa?
Mengapa pemimpin di negeri-negeri arab tidak membuka perbatasan mereka untuk tempat pengngsian?
Mengapa para pemimpin arab tidak mengirim pasukan untuk mengusir Israel biang keladi kerusuhan?
Mengapa mereka tidak memblokade Israel?
Mengapa tidak ada seruan jihad memerangi Israel?

Sungguh…
Kebiadaban dan kebrutalan Israel telah menusuk di depan mata…
Israel bahkan semakin brutal…
Belum lagi persekongkolan keji para pemimpin negeri-negeri islam untuk tidak menyerukan resolusi jihad…

Saatnya ummat bergerak dan menuntu…
Hizbut Tahrir Indonesia brsama umat menuntut GANYANG ISRAEL…
Seruan dan tuntutan ratusan ribu umat menggema diseluruh aantero Indonesia mulai dari aceh hingga papua untuk mengakhiri kekejaman dan kebiadaban Israel dengan mengusir Israel. Umat mendesak agar pemerintah negeri-negeri Islam mengeluarkan seruan jihad dan mengirim pasukan untuk memukul balik Israel…

Allahu Akbar…

Jumat, 06 Maret 2009

Masalah Itu Selalu Ada

Hidup memang sebuah perjuangan. Perjuangan yang membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan yang didasari oleh kemauan, kesabaran, dan keyakinan.

Masalah. Itulah yang sebenarnya membuat hidup kita terasa lebih hidup. Terkadang ada saja mereka yang selalu bersikap santai, tenang, atau bahkan kelihatan tidak ada beban sama sekali. Kita langsung menilai bahwa mereka itu hampir atau bahkan tidak pernah punya masalah. Ternyata itu adalah anggapan yang sangat keliru. Mereka juga punya masalah, setiap orang, baik yang sudah mati terlebih lagi yang merasa dirinya masih hidup. Yang jelas, masalahnya itu antara satu dengan yang lain saling berbeda, cara mengekspresikannya pun juga berbeda. Ada yang secara terang-terangan mengungkapkan dan memperlihatkannya dengan sekitar, ada juga yang enggan dan memilih untuk menyimpannya di dalam hati sambil berharap permasalahan yang di hadapi dapat segera selesai. Kalaupun satu atau beberapa masalah sudah selesai, tak menutup kemungkinan masalah yang lain pun akan terus datang, datang, dan datang.

Ada sebuah perkataan bijak, bahwa jika sekiranya suatu masalah disikapi dengan arif, senantiasa ingat dan memohon hanya kepada-Nya, bisa jadi itu adalah sebuah ni’mat. Dan jika sekiranya sesuatu itu adalah ni’mat, namun kita menyikapinya dengan keliru dan lupa akan Dia, itulah yang hakikatnya sebuah masalah. Oleh karenanya, kunci menghadapi permasalahan itu adalah senantiasa mengingat-Nya dan mengerti akan setiap iradah-Nya. Wallahu a’lam

Syari'at Islam menjamin kesehatan masyarakat

Kekayaan pangkal kesehatan. Itulah mungkin pepatah yang tepat untuk menggambarkan kondisi pelayanan kesehatan masyarakat Indonesia sekarang ini.

Sudah banyak fakta yang terlihat untuk menggambarkan semakin rendahnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagaimana data yang dihimpun Depkes, bahwa jumlah balita kurang gizi dan gizi buruk di Indonesia mencapai 1,4 juta jiwa (kompas, 10/3/08). Di Temanggung Jawa barat tengah, 299 anak menderita gizi buruk akut. Contoh buruknya layanan kesehatan ini adalah rumah-rumah sakit yang menolak melayani pasien-pasien miskin karena PT. Askes menunggak askeskin hingga triliunan rupiah. PT. Askes beralasan, anggaran dari pemerintah belum turun. Sebaliknya pemerintah mengangap banyak klaim rumah sakit yang terlalu besar sehingga harus di audit dulu. Yang jelas, masyarakat miskin menjadi korban.

Di zaman sekarang ini, pelayanan kesehatan tak ubah hanya sebagai lahan diskriminasi antara si kaya dengan si miskin. Seolah-olah si kaya lah yang lebih berhak untuk menikmati kesehatan dibandingkan si miskin. Bahkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis atau biaya yang murah, si miskin harus rela meminta belas kasihan terlebih dahulu kepada pemerintah. Itu pun belum tentu akan mendapatkan respon yang baik. Sehingga wajarlah jika masyarakat berbondong-bondong mendatangi dukun cilik ponari yang dipercaya bisa mengobati melalui perantara air, hanya dengan membayar uang Rp 1.000.

Padahal pada kenyataannya, kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya bersifat pasti. Disinilah islam, yang tidak hanya bersifat sebagai agama melainkan juga sebagai ideologi telah menjamin pelayanan kesehatan bagi manusia. Adanya kondisi yang bertolak belakang diatas tadi, disebabkan masih adanya pemimpin yang tidak amanah serta sistem yang buruk yakni sistem kapitalis sekuler.

Oleh karena itu jika kita ingin sungguh-sungguh lepas dari berbagai persoalan, khususnya persoalan kesehatan, maka kita harus memilih sistem yang baik dan pemimpin yang amanah. Sistem yang baik hanya datang dari Zat Yang Maha Baik, itulah syariah Allah. Sementara itu pemimpin yang amanah adalah yang mau tunduk pada sistem yang baik itu. Berdasar syariah yang dipimpin oleh orang amanah saja persoalan dapat segera diatasi. Insya Allah.

Suara Hati

CINTA

Sentuhan angin telah menusuk qolbu
Geraian sangka pun telah membasahi sanubari
Ku tak tahu, apa yang sedang terjadi dalam hatiku
Hingga tak satu jawaban mendekati

Angin seolah telah membisikkan jawaban pada ku
Namun . . . ku tetap tak dapat mengerti
Hanya kegelisahan yang slalu menyelimuti hatiku
Berharap ada yang menjawab pertanyaan itu nanti

Ternyata . . . Perasaan itu adalah cinta

Aku telah jatuh cinta kepada kepada makhluk-Mu
Bimbinglah daku dalam mengarahkan perasaan ini
Agar cinta hakiki kepada-Mu tetap melekat di hati ku
Aamiin . . .

by NF

Syair untuk Sahabat

Memecahkan sunyi yang menyelimuti hatiku
Menghapuskan kesedihan yang menghiasi hatiku
Melepaskan rantai derita yang membelenggu jiwaku
Yaitu kau, wahai sahabatku

Menghiasi setiap ruang dihatiku
Menemani setiap langkah di dalam hatiku
Menenangkan kegundahan yang menyelubungi jiwaku

Aku memang bukan orang yang terbaik di dunia
Aku memang tak bisa memberikan yang terbaik di dunia
Tapi aku akan mempersembahkan hal yang terbaik dari diriku
Untukmu, wahai sahabatku

Namamu
Kenangan tentangmu
Setiap bantuan darimu
Telah tertulis dilubuk hatiku, tertanam jauh di dalam jiwaku
Karena, selamanya kau lah sahabat sejatiku

by Some_1

Tempat yang Istimewa

Telah lama ku ingin melakukan perjalanan di jagat raya ini, perjalanan yang bagiku itu sangat menyenangkan. Menikmati indahnya alam yang terbentang, menafakuri mereka sambil mengagungkan Sang Qadiran.

Aku ingin pergi ke sebuah pantai, yang di sepanjang pesisirnya berbariskan pohon kelapa yang melambai-lambai, jauh dari keramaian namun dekat dengan suara riuhnya ombak. Menghirup udara segar sambil memandang ke langit biru yang disesaki oleh awan putih, sesekali mencoba untuk menatap mentari yang terselip di antara lembaran awan tersebut. Sambil berkata, “Betapa indahnya wahai Engkau yang menciptakan keindahan ini.”

Aku juga ingin pergi ke sebuah padang rumput, yang sekitarnya dipenuhi oleh bunga-bunga nan cantik serta kupu-kupu yang elok. Melihat ke arah mereka dengan senyuman yang tulus sambil berlari-lari kecil. Ketika cukup letih, aku ingin merebahkan diri di atas kasur tanah beralaskan rumput ciptaan-Nya, seraya memokuskan pandangan ke arah kolong langit. Sambil berkata, “Betapa indahnya wahai Engkau yang menciptakan keindahan ini.”

Aku juga ingin pergi ke sebuah tempat, dimana air jernih mengalir di antara bebatuan, hingga suara gemericiknya dapat membuat hati ini terasa tenang. Duduk bersila di tepi, bersama pepohonan hijau nan rindang. Diramaikan oleh suara jangkrik dan nyanyian merdu dari burung-burung kecil. Menatap ke arah langit sambil berkata, ”Betapa indahnya wahai Engkau yang menciptakan keindahan ini.

Sekali lagi, aku ingin pergi ke atas sebuah bukit. Menanti matahari terbenam, menunggu munculnya bulan serta bintang-gemintang. Memandang langit malam nan elok, berhiaskan batu-batu angkasa, yang berkelap-kelip seumpama intan berlian. Sambil mengungkapkan kalimat terakhir hari ini, “Rabbanaa maa khalaq-ta haadzaa baathilaa, Subhaa-naka faqinaa ‘adzaabannaar.” Tuhan kami, tidaklah Kau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka hindarkanlah kami dari ‘adzab neraka.

Astaghfirullaah, ternyata aku sedang berkhayal, berkhayal tentang sesuatu yang aku sendiri tidak tahu dapatkah aku mewujudkannya. Sekarang, aku tak ingin berkhayal lagi, aku akan benar-benar melakukan perjalanan, ke sebuah tempat yang hampir tak pernah terlintas dalam benakku bahwa aku akan mengunjunginya. Karena, tempat itu sangat istimewa, tak ada seorang pun yang dapat menjangkaunya terkecuali aku. Padahal tempat itu sangat dekat, tempat itu tak lain adalah diriku sendiri.

Hanya tiga bekal yang akan ku bawa dalam perjalananku menuju tempat itu, yaitu kemauan, kesabaran dan yang terakhir adalah keyakinan. Ku berharap, tak ada satu bekal pun yang tertinggal. Karena aku tak sabar lagi ingin menggapai tempat istimewa itu. Tempat dimana aku akan menemukan kesenangan yang sesungguhnya. Terakhir dariku, Tuhan, syukurku teratas hanya untuk-Mu.

Sabtu, 21 Februari 2009

Kewajiban Menegakkan Khilafah


Allah SWT telah berfirman, yang artinya: “Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih di antara kalian, bahwa Dia sunggu-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, meneguhkan bagi mereka agama yang telah di ridlai-Nya untuk mereka, dan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.” (QS an-Nur: 55)

Rasulullah saw. juga pernah bersabda, yang artinya: “Selanjutnya akan muncul kembali Kekhilafahan yang mengikuti metode kenabian.” (HR Ahmad).

Sebagai muslim, sudah sepatutnyalah kita mengimani janji Allah SWT dan membenarkan kabar gembira yang disampaikan oleh Rasulullah saw di atas. Hanya saja, janji itu tidak akan datang dengan sendirinya. Di sinilah, kita dituntut untuk memperjuangkannya, hingga bisyarah nubuwwah tersebut benar-benar terwujud, dengan izin dan pertolongan-Nya.

Adapun Khilafah itu sendiri adalah suatu struktur pemerintahan yang pelaksanaannya diatur berdasarkan syari’at Islam. Sedangkan orang yang menjalankan kepemimpinan itu disebut sebagai Khalifah (pengganti). Menurut pendapat salah seorang ulama terkemuka, Ibn Khaldun, “Khilafah membawa semua urusan kepada apa yang dikehendaki oleh pandangan dan pendapat syar’i tentang berbagai kemashlahatan yang lebih baik bagi kaum muslim. Sebab, seluruh keadaan dunia, penilaiannya harus merujuk kepada asy-Syar’i (Allah SWT) agar dapat dipandang sebagai kemashlahatan akhirat. Jadi, Khilafah, pada hakikatnya adalah Khilafah dari shahib asy-Syar’I (Allah SWT), yang digunakan untuk memelihara agama dan mengatur urusan dunia.” (Ibn Khaldun, Muqaddimah, hlm. 190). Yang menjadi rujukan pendapat tersebut tak lain adalah firman Allah berikut: “Apakah hukum jahiliyah yang mereka cari? Siapakah yang lebih baik hukumnya dibandingkan dengan Allah bagi kaum yang yakin?” (QS al-Maidah: 50)

Karena itulah, menurut Dr. Dhiya’uddin ar-Rais, “Khilafah merupakan kedudukan agama terpenting dan selalu diperhatikan oleh kaum muslim. Syariah Islam telah menetapkan bahwa mendirikan Khilafah adalah satu kewajiban mendasar di antara kewajiban-kewajiban agama. Bahkan dia adalah kewajiban terbesar. Sebab, padanyalah bertumpu/bergantung pelaksanaan seluruh kewajiban lainnya.” (ar-Rais, al-Islam wa al-Khilafah, hlm. 99).

Saking urgennya keberadaan khilafah di tengah-tengah umat, maka ketidakadaannya adalah sesuatu yang sangat ditakuti. Sebab, menurut Imam al-Ghazali, “Kita tidak akan mungkin bisa menetapkan suatu perkara ketika Negara tidak lagi memiliki Imam (Khalifah) dan peradilan telah rusak.” (al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din. Lihat juga sarahnya oleh az-Zabidi, II/233). Imam Ahmad bin Hanbal juga mengatakan bahwa, “akan ada fitnah yang sangat besar jika tidak ada Imam (Khalifah) yang mengurusi urusan masyarakat.”

Kewajiban untuk menegakkan Khilafah dan mengangkat/membai’at seorang Khalifah, juga diperkuat oleh sabda Rasul berikut, yang artinya: “Siapa saja yang melepaskan tangan dari ketaatan, ia akan menjumpai Allah pada Hari Kiamat kelak tanpa memiliki hujjah, dan siapa saja yang mati, sedangkan di pundaknya tidak terdapat baiat (kepada Khalifah), maka ia mati seperti kematian jahiliyah." (HR Muslim)

Di sinilah letak pentingnya kaum muslim untuk segera menegakkan Khilafah Islamiyah saat ini di tengah-tengah mereka. Hanya Khilafahlah -Negara Islam yang bersifat global- yang akan mampu menghimpun potensi kaum muslim dan menyatukan Dunia Islam untuk melawan penindasan negara-negara Barat kapitalis, sekaligus mengubur ideologi Kapitalisme yang dibawanya, yang terbukti telah banyak menyengsarakan umat manusia. Walhasil, jika khilafah tegak, yang akan merasakan keberkahannya tidak hanya kaum muslim, tetapi seluruh umat manusia. Wallahu a’lam

Karakteristik Partai Politik Islam


Sebelum kita mengetahui bagaimana karakter partai politik Islam, alangkah baiknya terlebih dahulu saya gambarkan tentang hakikat partai politik berdasarkan sudut pandang Islam. Di dalam kamus al-Muhit, di sebutkan bahwa partai adalah sekelompok orang yang punya satu pandangan dan satu nilai. Sedangkan makna politik, menurut al-Jauhari adalah mengurusi urusan berdasarkan suatu aturan tertentu. Sehingga berdasarkan makna tersebut, partai politik dapat kita artikan sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, cita-cita dan tujuan yang sama dalam rangka mengurusi urusan rakyat. Dengan kata lain, partai politik adalah kelompok yang berdiri di atas sebuah landasan ideologi yang diyakini oleh anggota-anggotanya, yang ingin mewujudkannya di tengah masyarakat.

Berdasarkan hal di atas, dapat terlihat bahwa dengan adanya partai politik umat bisa memperjuangkan kemashlahatan sesuai dengan apa yang dicita-citakannya bersama. Namun yang terjadi di negeri kita sekarang, walaupun banyak partai politik Islam yang bertebaran, tak kunjung juga Indonesia mengalami perbaikan. Karena perjuangan yang dilakukan seolah-olah nihil atau dengan kata lain tidak nampak. Sebenarnya apa yang salah dengan keberadaan partai-partai politik Islam di negeri kita?

Untuk menjawab pertanyaan diatas, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa saja karakter yang harusnya dimiliki oleh partai yang berideologi Islam, diantaranya:
1.menjadikan Islam sebagai dasar sekaligus panduan dalam membangun pandangan, pemikiran, dan hukum yang diadopsi dan diperjuangkannya.
2.kader-kadernya berkepribadian Islam, ikatan yang menyatukan mereka pun bukan kepentingan atau uang melainkan akidah Islam.
3.memiliki kepemimpinan Islam yang dibangun dengan pemikiran Islam dan ditaati selama tidak menyimpang dari Islam.
4.memiliki konsepsi (fikrah) yang jelas terkait berbagai hal. Antara lain tentang sistem ekonomi, pemerintahan, sosial, pendidikan, sanksi hukum, dan sistem politik luar negeri Islam. Tentunya semua ini hanya dapat dijalankan dengan metode operasional yang tidak lain adalah pemerintahan yang menerapkan Islam. Inilah yang sekarang harus kita perjuangkan untuk ditegakkan.
5.mengikuti metode yang jelas dalam perjuangannya sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. pertama, dengan melakukan pembinaan dan pengkaderan. Kedua, bergerak dan bergaul bersama dengan masyarakat. Ketiga menegakkan syariah secara total dengan dukungan dan bersama dengan rakyat.
6.melakukan aktivitas berupa: (a) membangun tubuh partai dengan melakukan pembinaan secara intensif sehingga meyakini ide-ide yang diadopsi partai; (b) membina umat dengan Islam dan pemikiran, ide serta hukum syariah yang diadopsi oleh partai; (c) melakukan perang pemikiran dengan semua ide, pemikiran, aturan yang bertentangan dengan Islam; (d) melakukan koreksi terhadap penguasa yang tidak menerapkan Islam atau menzalimi rakyat; dan (e) perjuangan politik melawan Negara kafir penjajah dan para penguasa yang zalim.

Adapun realita partai politik Islam di negeri kita sekarang, diantaranya: (1) tidak memiliki konsep (fikrah) yang jelas dan tegas dalam memperjuangkan Negara Islam; (2) tidak menjalankan metode yang jelas, perubahan di tengah masyarakat hanya ditempuh dengan membuat undang-undang, koalisi pun dilakukan antara partai Islam dengan partai nasionalis yang anti Islam; (3) ikatan yang terjalin antara kader-kadernya lebih pada ikatan kepentingan, sehingga mudah terjadi perpecahan; (4) perilaku sebagian/pengurus tidak mencerminkan partai Islam sesungguhnya; dll.

Inilah sebab, walaupun penduduk di negeri kita mayoritas muslim, partai Islam seolah-olah terpinggirkan. Karena, mereka sudah dianggap gagal dalam memperjuangkan kemashlahatan umat. Sehingga tak salah kalau mayoritas rakyat lebih memilih untuk Golput alias Abstain. Namun dibalik sikap tersebut janganlah lantas rakyat menjadi apatis dan tidak melakukan apa-apa. Tetapi rakyat harus sunggu-sungguh mempersiapkan dan memperjuangkan sistem baik yang berdasarkan syariah itu bisa terwujud. Karena hanya dengan syariah Islam di bawah naungan daulah khilafah lah kemashlahatan umat manusia dapat terjamin. Wallahu a’lam

Kamis, 12 Februari 2009

Behind The Jail

Selama ini lembaga permasyarakatan berfungsi sebagai wadah pembinaan bagi para pelaku tindak kejahatan berbagai motif. Namun belakangan ini LP atau yang kita kenal dengan penjara ternyata telah berstatus multifungsi. Di balik penjagaan yang super ketat 24 jam, ditambah lagi hanya orang-orang tertentu saja yang boleh masuk atau berkunjung, ternyata tak menjadikan LP bebas dari segala bentuk tindak kemaksiyatan seperti peredaran dan pemakaian narkoba serta prostitusi. Mungkin kalau hanya mendengar berita ini saja kita tak akan langsung percaya, termasuk saya, sebab ini adalah suatu hal yang cukup mustahil terjadi. Namun ketidakpercayaan saya segera hilang ketika menyaksikan sendiri hasil telusuran tim trans tv dan tv one pada dua LP yang berbeda beberapa waktu yang lalu.

Pertama, tim trans tv telah berhasil menelusuri sebuah LP yang diduga telah dimultifungsikan menjadi tempat prostitusi. Awalnya, kemaksiatan terorganisir ini tak lepas dari adanya kongkalingkong antara si germo dengan petugas sipir penjara. Mereka mulai melakukan nego lewat telepon genggam, baik itu tentang ciri-ciri wanita yang ingin dipesan, bayarannya, maupun komisi yang akan diterima oleh sipir penjara tersebut. Setelah selesai nego, barulah si germo membawa wanita pesanan ke tempat yang telah disediakan oleh sipir beserta anak buahnya. Dengan tenangnya mereka melakukan perbuatan keji itu, ada yang melakukannya di dalam kamar mandi dan ada yang melakukannya di dalam kamar tidur, sesuai dengan harga yang telah ditaksir sebelumnya. Bahkan mereka masuk ke tempat yang sama secara bergiliran tanpa ada seorang pun yang melarang. Sedangkan tugas para sipir adalah menjaga mereka di depan pintu, supaya tak ada orang lain yang masuk.

Kedua, tim tv one telah berhasil menelusuri sebuah LP yang diduga telah dimultifungsikan menjadi tempat peredaran dan pemakaian narkoba. Yang jelas, kemaksiatan terorganisir ini juga tak lepas dari adanya kongkalingkong antara sipir dengan mereka yang berkepentingan. Lagi-lagi, kasus ini telah berlangsung cukup lama dan baru-baru saja terungkap. Hal ini dikarenakan rapinya proses peredaran yang slama ini dilakukan. Berdasarkan pengakuan Bandar narkoba di penjara tersebut, untuk satu hari, satu orangnya dapat menghabiskan satu gram sabu-sabu atau yang sejenisnya. Sehingga jika dihitung perminggu, sekitar lebih dari seratus gram sabu-sabu dapat habis terjual. Parahnya lagi, suntikan yang digunakan pun hanya itu-itu saja, berpindah dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Itulah sebab, semakin banyaknya penderita HIV Aids yang dihasilkan dari Lembaga Permasyarakatan.

Kasus diatas adalah dua dari sekian banyak kasus yang perlu kita perhatikan. Paling tidak kasus tersebut dapat membuktikan bahwa adanya LP saja tak cukup untuk menekan kejahatan di negeri kita. Sebab, terkurung di dalam penjara toh tak menjadikan mereka jera, malahan mereka dapat bersuka ria dengan memanfaatkan peluang yang ada. Hukuman yang diberikan pun tak akan menebus dosa yang telah mereka lakukan. Untuk itu, sudah saatnya lah kita sadar bahwa hanya dengan syariat islam segala tindak kejahatan dapat diminimalisir, karena ada peraturan tegas yang mengaturnya, peraturan dari sang pembuat hukum yaitu Allah SWT. Tentunya hal itu tak lepas dari peran Negara yang dapat merealisasikannya. Alangkah baiknya marilah kita bersama-sama berjuang demi tegaknya Khilafah Islamiyah yang dapat menjamin keamanan dan ketentraman hidup manusia. Wallahu a’lam

Dosa yang dianggap biasa

Islam datang dengan membawa peraturan yang semuanya demi kemaslahatan umat manusia. Di antaranya soal menghilangkan najis. Islam mensyariatkan agar umatnya melakukan istinja’(bersuci setelah buang air besar atau buang air kecil, baik dengan air ataupun benda selain air). Yang ingin kita permasalahkan disini adalah bahwa masih ada sebagian orang menganggap enteng masalah menghilangkan najis. Akibatnya badan dan bajunya masih kotor. Dengan begitu, shalatnya menjadi tidak sah. Padahal Rasulullah saw telah mengabarkan bahwa perbuatan tersebut salah satu sebab dari pada azab kubur. Sebagaimana sabdanya berikut : “Kebanyakan azab kubur disebabkan oleh buang air kecil” (HR Ahmad : 2/236, Shahihul Jami’ : 1213).

Istinja yang dilakukan secara tergesa-gesa menyebabkan kotoran yang ada di badan belum sepenuhnya hilang, padahal kebersihan badan adalah salah satu syarat yang menjamin sahnya melakukan suatu ibadah semisal shalat. Belum lagi percikan air kencing yang tanpa sengaja mengenai pakaian. Oleh karena itu, sudah semestinyalah bagi kita yang dulunya masih menganggap enteng permasalahan ini segera memperhatikannya sebagai suatu hal yang penting.

Ada satu fakta yang membuat kita, khususnya saya merasa begitu prihatin dengan kondisi generasi muslim kita yang tidak “ngeh” terhadap permasalahan penting ini. Misalnya saja pada saat melaksanakan kegiatan penyambutan mahasiswa baru, seperti intro kampus atau yang sejenisnya. Rata-rata di setiap kampus melaksanakan acara ini mulai pagi hingga sore, yang dilaksanakan sekitar 3 hingga 10 hari. Seperti kegiatan yang lain, dalam acara ini juga ada waktu ishoma(istirahat, sholat, makan). Namun, waktu yang diberikan relatif singkat, sehingga bagi mereka yang terbiasa lelet, tiga rangkaian ishoma tadi tak dapat dikerjakan keseluruhan.

Contohnya saya. Kalau mengingat pengalaman intro kampus tahun tadi rasanya emosi saya tak dapat lagi dibendung. Sebab, yang namanya menjama’ atau pun mengqadla shalat itu sudah menjadi keseharian saat-saat mengikuti kegiatan tersebut. Apa boleh dikata, saya memang termasuk orang yang cukup lelet. Tapi, leletnya saya bukan berarti tidak beralasan. Secara, jumlah toilet memang tak sedikit, namun hanya sebagian saja yang berfungsi dengan baik. Sehingga perlu ngantri dulu kalau mau buang air. Ngambil air wudlu pun juga demikian, perlu ngantri juga. Tapi, bagi mereka yang ingin cepat, kolam-kolam air pun dijadiakan alternatif sebagai tempat mengambil air wudlu. Bagi akhwatnya, tak perduli apakah aurat mereka terlihat orang lain atau tidak. Kalau sudah begitu, mau tak mau saya juga harus ngantri untuk bisa buang air kecil dengan istinja yang benar dan berwudlu ditempat tertutup. Akhirnya, orang-orang sudah selesai shalat, saya baru mau shalat, ditambah lagi waktu yang diberikan sudah habis. Kalaupun sempat shalat, mungkin shalat saya itu seperti ayam yang sedang mematuk makanannya. Dan jika tidak sempat, dengan berat hati saya terpaksa menjama’ atau bahkan mengqadlanya (semoga Allah mengampuni dosa-dosa saya, Aamiin).

Saya sempat bingung, apakah dengan waktu yang menurut saya super singkat itu teman-teman yang lain dapat beristinja dengan benar, shalat dengan benar, ataupun beristirahat secukupnya. Ternyata apa yang saya khawatirkan memang benar-benar terjadi, mereka dapat mempergunakan waktu singkat tersebut dengan istinja sekedarnya, shalat sekedarnya, dan istirahat yang juga sekedarnya. Sungguh satu hal yang sangat memprihatinkan, namun tak terlihat satu panitia pun yang mempermasalahkan hal ini. Dengan terpaksa saya katakan, betapa “pintarnya” para panitia itu. Padahal mereka juga pernah mengalami hal yang sama pada saat kegiatan intro kampus, namun mereka tetap mengulangi tanpa sedikitpun mempertimbangkannya.

Untuk saya dan teman-teman semua, sudah saatnyalah kita bertekat untuk tidak sedikit pun mengentengkan masalah istinja ini. Baik itu pada saat kegiatan orientasi, saat di kampus, atau dimana saja kita berada. Bersucilah dengan benar dan tidak teresa-gesa serta perhatikanlah jangan sampai air kencing kita terpercik/mengenai pakaian yang akan kita bawa untuk beribadah. Mudah-mudahan kita selalu berada di jalan yang diridlai-Nya. Allahumma Aamiin.

Rabu, 04 Februari 2009

Valentine’s Day

Valentine’s day, hari kasih sayang yg bertepatan pd tgl 14 Februari s’lalu d’tnggu2 olEh rEmaja modern. Nmpknya fenomena ini sdh mnjdi bagian hdp s’hingga prsiapan m’nymbt hari tsb bs lebih bEsar dr prsiapan mAu LebaRan.

eNtah krn latah or bodOh, r!tuAl ini pun dilakuin oleh s’bgian bsr muda/i yG m’nGaku mUsl!m. kEnApa ? riTUaL2 yG tdk d’bnArKn !slaM dlm hari tsb jg jD mEnu uTamA wAjib yg hrs d’lakukan. aKan trkeSan Aneh ‘n beLum seMpurNa jk bLm ada tuker2an kAdO or member! BUnGa, dansa/i, clubbing, ampe frEe seX sbg eNding dlm cEr!ta. s’Mua ini demi pmbuktian cinta yg s’ring hnya d’definisikn sbg hubungn biologis yg m’njijikkan, krn tnp tahu halal or No hubungn tsb.

Kata Valentina brsl dr bhs latin, sbnrnya ditujukn kpd nimrod ‘n lupercus, tuhan org romawi, arti kata tsb adlh yg maha perkasa, yg maha kuat ‘n yg maha kuasa. jd, dr arti ‘n tujuanny jls perayaan ritual ini akan menyeret s’org muslim k’lembah k’syirikn, krn m’muja kpd s’suatu lain s’lain Allah Azza wa Jalla. Versi lain, d’ceritakn bhw budaya ini pd awalny d’anut msyrkt Yunani kuno sbg pesta p’mujaan trhdp dewa juno d’rayakn dgn tukar m’nukar psangan, dansa/i, ampe free sex. dLm Versi lain hari tsb m’mperingati hari kematian St Valentino, pendeta nasrani yg m’mprsatukn cinta 2 jiwa yg tdk d’setujui raja yg tiran s’hingga dia dianggap sbg pahlawan cinta.

Namun yg jls, aktifitas yg d’lakukan didlmnya pd hakikatnya kembali pd satu asas yaitu sekularisme. Sistem ini cenderung m’mberikan ruang yg luas utk m’ngaburkan budaya.

Dari sini Jelaslah bahwa Valentine’s day adlh budaya kufur yg b’rsl dr ideologi sekularis–kapitalis yg jg kufur. Tak layak bg kita generasi muslim utk ikut latah m’rayakan yg bukan dr budaya Islam. Rasulullah saw. sdh m’mberitahukan bahwa, ”Siapa saja yang melakukan sesuatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka tertolak.”(HR Bukhari Muslim). Lebih jauh Rasulullah saw. juga mengingatkan umatnya dgn sabdanya, “Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk ke dalamnya.” (HR Abu Dawud). Na’udzubillahi min dzalik.

Walhasil, sekaranglah saatnya kita melibas sistem sekuler-kapitalis yg telah m’jadi otak dr s’mua budaya kufur yg melanda k’hidupan masyarakat muslim saat ini ‘n menggantikannya dgn penerapan syari’at islam d’semua lini kehidupan. Semua ini tentu saja hanya bisa ditopang oleh ketaqwaan individu yg terus-menerus ditingkatkan , adanya kontrol dr masyarakat ‘n adanya Negara yg m’njamin diterapkannya hukum Allah secara Kaffah. Wallahu a’lam.