Jika ada seratus pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika ada sepuluh pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika hanya ada satu pejuang kebenaran, Aku pastikan akulah orangnya

Minggu, 19 Juli 2009

Belajar Berbicara Lewat Menulis


Bagi sebagian orang, berbicara di depan publik adalah suatu hal yang lazim dan merasa tak ada beban sama sekali. apalagi bagi mereka yang punya rasa percaya diri yang tinggi, serta pengetahuan yang lebih. lain halnya dengan aku yang sangat tak terbiasa dengan kondisi tersebut. Walaupun banyak hal yang ingin dan harus aku sampaikan, aku selalu memilih untuk diam seribu bahasa.

Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tak bisa melangsungkan kehidupannya dengan baik tanpa adanya interaksi dan komunikasi yang baik pula terhadap sesamanya. hal itu secara tak langsung telah menuntutnya agar mempunyai kemampuan yang baik dalam dua hal tersebut.

Lebih khususnya lagi, sebagai seorang muslim yang berkewajiban mengemban da’wah, kemampuan berkomunikasi dan interaksi yang baik merupakan syarat primer yang tak bisa ditolerir lagi. Adanya adalah suatu keharusan. Dan tidak adanya merupakan suatu ancaman. Bagaimana manusia yang lain tahu tentang substansi da’wah yang dia emban, jikalau itu hanya disimpan di dalam pikiran. Bagaimana juga manusia yang lain bisa paham, kalau dia enggan menyampaikan. Alih-alih mengajak mereka mengikuti jalan Tuhan, eh justru dia membiarkan mereka mengikuti jalan syaitan.

Inilah salah satu yang menjadi masalah terberat dalam hidupku, masalah besar yang akan mengancam masa depanku. Masalah besar yang sangat, sangat, dan sangat mengganggu kehidupanku. Apa jadinya aku, jikalau masalah ini tak segera ku pecahkan. Aku tak ingin terus menerus menjadi pecundang, karena sejatinya pecundang adalah temannya syaitan. Tapi, aku juga belum pantas dikatakan pejuang, sebab masalah sekecil ini saja aku belum mampu menyelesaikan. Jadi, sebutan apa yang paling pantas untukku???

Mungkin, aku adalah seorang yang plin-plan.

Ya, biarlah mereka menganggapku plin plan. Dan juga tak mengapa seandainya mereka sampai hati mengatakanku pecundang. Tapi, mulai saat aku menulis tulisan ini aku bertekad, aku akan belajar berbicara di depan publik lewat menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar