Jika ada seratus pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika ada sepuluh pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika hanya ada satu pejuang kebenaran, Aku pastikan akulah orangnya

Jumat, 04 Desember 2009

Hadits Palsu: Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman

A. PENGANTAR
Pada tanggal 17 Agustus maupun tanggal 10 November, biasanya hadits ini seringkali muncul dalam upacara-upacara untuk menumbuhkan semangat patriotisme dan menyuburkan rasa kebangsaan. Sehingga perkataan ini begitu populer sekali di masyarakat, dihafal bahkan dianggap sebagai suatu hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad saw.
Namun permasalahannya adalah:
1.Benarkah ungkapan tersebut termasuk hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad?
2.Bagaimana dengan substansi makna kandungannya?!
Kajian berikut akan mencoba untuk mencari jawabannya.
B. TEKS HADITS
ُ حُبّ الْوَطَنِ ِ مِنَ الإِيْمَان
Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman

Derajat Hadits dan Komentar Ulama:
TIDAK ADA ASALNYA. Berikut kutipan para ulama ahli hadits:

1.As-Shaghani berkata: “Termasuk hadits-hadits yang palsu”.
2.As-Suyuthi berkata: “Saya tidak mendapatinya”.
3.As-Sakhawi berkata: “Saya tidak mendapatinya”.
4.Al-Ghazzi berkata: “Ini bukan hadits”.
5.Az-Zarkasyi: “Saya belum mendapatinya”.
6.Sayyid Mu’inuddin ash-Shafwi berkata: “Ini bukan hadits”.
7.Mula al-Qari berkata: “Tidak ada asalnya menurut para pakar ahli hadits”.
8.Al-Albani berkata: “Maudhu’ (palsu)”.
9.Lajnah Daimah yang diketahui oleh Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan: “Ucapan ini bukan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia hanyalah ucapan yang beredar di lisan manusia lalu dianggap sebagai hadits.
10.Dalam kitab Jalan Golongan Yang Selamat, karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, dalam bab 42 mengenai Contoh Hadits Maudhu' (palsu), maka di poin 6 beliau mencantumkan berikut ini: (6). Hadits maudhu'. Demikian menurut AI-Ashfahani: "Cinta tanah air adalah sebagian daripada iman."
11.Dalam kitab Hadits-Hadits Dhoif dan Maudhu' buah karya al ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, beliau berkata:
Artinya; Cinta tanah air itu sebagian dari iman. TIDAK ADA ASALNYA. Hadits diatas sama sekali tidak ada asalnya sebagaimana diterangkan oleh ulama-ulama hadits. Dan saya tidak ragu lagi bahwa riwayat diatas diPALSUkan orang atas nama Nabi Shallallahu alaihi wasallam demi menyebarkan paham "wathaniyyah" (kebangsaan) yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam (Silsilah Adh Dhaa'ifah no 36).

C. MATAN HADITS
Syaikh al-Albani berkata: “Dan maknanya tidak benar. Sebab cinta negeri sama halnya cinta jiwa dan harta; seseorang tidak terpuji dengan sebab mencintainya lantaran itu sudah tabiat manusia. Bukankah anda melihat bahwa seluruh manusia berperan serta dalam kecintaan ini, baik dia kafir maupun mukmin?!

Allah SWT. Berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka:”Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu”, niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka……” (QS. An-Nisa’: 66)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir juga mencintai tanah air mereka. Musuh-musuh Islam telah menjadikan hadits palsu ini untuk menghilangkan syi’ar agama dalam masyarakat dan menggantinya dengan syi’ar kebangsaan, padahal aqidah seorang mukmin lebih berharga baginya dari segala apapun”.

D. SEBAB TERSEBARNYA HADITS
Al-Hafizh asy-Syaukani berkata menjelaskan sebab menyebarnya hadits-hadits palsu seperti ini:

“Para ahli sejarah telah meremehkan dalam mengutarakan hadits-hadits bathil seputar keutamaan negeri, lebih-lebih negeri mereka sendiri. Mereka sangat meremehkan sekali, sampai-sampai menyebutkan hadits palsu dan tidak memperingatkannya, sebagaimana dilakukan oleh Ibnu Dabi’ dalam Tarikhnya yang berjudul “Qurrotul Uyun bi Akhbaril Yaman Al-Maimun” dan kitab lainnya yang berjudul “Bughyatul Mustafid bi Akhbar Madinah Zabid” padahal beliau termasuk ahli hadits.

Maka hendaknya seorang mewaspadai dari keyakinan ini atau meriwayatkannya, karena kedustaan dalam masalah ini sudah menyebar dan melampui batas. Semua itu sebabnya adalah fithrah manusia untuk cintah tanah air dan kampung halamannya”.
.
E. APAKAH CINTA NEGERI TERLARANG?
Al-Ustadz A. Hassan –semoga Allah merahmatinya- berkata: “Tidak ada undang-undang manusia yang tidak terdapat di hukum-hukum agama, seorang mencintai bangsa dan tanah airnya malah tidak terlarang, dia cinta kepada kerbau dan sapinya, kambing dan anjingnya, kelinci dan kucingnya, ayam dan bebeknya. Sekali lagi, agama tidak menghalangi seseorang mencintai segala sesuatu hingga tanah dan pasir di negerinya. Cuma, janganlah dibawa-bawa agama dalam urusan yang agama tidak jadikan urusan. Jangan dibawa-bawa kalimat: “Cinta tanah air sebagian dari iman”. Ini dikatakan hadits Nabi, padahal bukan.
Kalau orang cinta tanah air membawakan hadits palsu itu, maka orang cinta kucing akan membawakan hadits palsu lain:
حُبُّ الْهِرَّةِ مِنَ الإِيْمَانِ
Cinta kucing itu sebagian dari iman.
F. HENDAKNYA UNTUK ISLAM BUKAN SEKADAR KEBANGSAAN

Syaikh Muhammad al-Utsaimin berkata: “Kita apabila perang hanya untuk membela Negara tidak ada bedanya dengan orang kafir yang juga perang untuk membela Negara mereka.
Seorang yang perang hanya untuk membela negeri saja maka dia bukanlah syahid, namun kewajiban kita sebagai muslim dan tinggal di negeri Islam adalah untuk perang karena Islam yang ada di negeri kita. Perhatikanlah baik-baik perbedaan ini, kita berperang karena Islam yang ada di negeri kita. Adapun sekadar karena negeri saja maka ini adalah niat bathil yang tidak berfaedah bagi seorang. Adapun ungkapan yang dianggap hadits “Cinta negeri termasuk keimanan” maka ini adalah dusta.
Cinta Negara, apabila karena Negara tersebut adalah Negara Islam maka kita mencintainya karena Islamnya, tidak ada bedanya apakah Negara kelahiran kita ataukah Negara Islam yang jauh, maka wajib bagi kita untuk membelanya karena Negara Islam.
Kesimpulannya, seharusnya kita mengetahui bahwa niat yang benar tatkala perang adalah untuk membela Islam di negeri kita atau membela Negara kita karena Negara Islam, bukan hanya karena sekedar Negara saja”.
Al-Ustadz A. Hassan mengatakan: “Dalam mencintai tanah air secara kebangsaan itu ada beberapa kesalahannya yang besar bagi orang yang beragama Islam:

Pertama: ialah menjalankan hukum-hukum yang bukan dari Allah dan Rasul-Nya.
Kedua: karena pembawaan kebangsaan, memandang muslim di negerinya yang bukan sebangsa dan setanah air dengannya sebagai orang asing, padahal sebenarnya ia mesti dipandang seperti saudara.
Ketiga: Memutuskan perhubungan antara negeri Islam yang lain dengan alasan mereka bukan sebangsa dan setanah air, walaupun Allah dan Rasul telah katakan mereka saudara kita yang mesti bersatu.
Wallahu a’lam bishshawab.

Nasionalisme HARAM!!!


Banyak dari kalangan kaum muslim yang masih keranjingan sekali dengan faham yang satu ini. Maklum saja, hal ini memang sengaja dihembuskan oleh barat kepada dunia Islam sudah sejak lama. Bahkan nasionalisme-lah yang punya andil besar terhadap runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah yang beribukota di istanbul Turki pada waktu itu. Sadar maupun tidak, sebenarnya faham inilah yang menjadi biang kerok terhadap perpecahan ummat hingga terbukti sekarang ini negeri-negeri muslim disekat-sekat menjadi 50 negara lebih. Ada apa sih dengan nasionalisme?.
Hakikat Nasionalisme
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, dengan jernih menjelaskan nasionalisme ini dalam bukunya, Nizham al-Islam, beliau membedakan nasionalisme/kebangsaan dengan patriotisme. Meskipun sama-sama lahir dari naluri mempertahankan diri. Dalam patriotisme, perasaan yang dominan adalah upaya untuk mempertahankan diri dari ancaman luar, sementara dalam nasionalisme yang dominan adalah keinginan yang muncul dari kecintaan akan kekuasaan, terutama atas bangsa-bangsa lain.
Pada awalnya keinginan mempertahankan diri atau mencintai kekuasaan adalah sah-sah saja. Namun kemudian, ia menjadi berbahaya tatkala dijadikan sebagai ikatan untuk mempersatukan manusia atas dasar ras/etnik sebagai sesuatu yang paling suci dan paling tinggi. Nasionalismelah yang menyebabkan konflik terus-menerus, karena satu nation (bangsa/suku) sering bersaing untuk saling menguasai dan menaklukkan bangsa/suku yang lain. Semangat nasionalisme ini pula yang turut mendompleng ambisi bangsa-bangsa kapitalis untuk melakukan kolonialisasi yang penuh darah atas bangsa-bangsa lain.
Sama halnya nasionalisme yang merusak, patriotisme merupakan ikatan yang lemah, rapuh dan tidak kekal. Pasalnya, patriotisme akan muncul kalau ada ancaman/musuh dari luar. Setelah ancaman/musuh ini hilang, pudarlah ikatan ini; Di beberapa negara patriotisme menjadi senjata ampuh untuk melawan kolonialisme, namun menjadi lumpuh setelah penjajah lenyap. Bisa diambil contoh dahulu semangat nasionalisme masyarakat Indonesia ketika masih dijajah sangat menggebu-gebu, bahkan kita sering dengar slogan "RAWE RAWE RANTAS MALANG MALANG PUTUNG" atau "BERSATU KITA TEGUH BERCERAI KITA RUNTUH", namun setelah Indonesia merdeka semangat nasionalisme itupun pudar, lihat saja kasus timor-timur, aceh, papua, dan daerah-daerah lain yang malah ingin memisahkan diri dari NKRI. Mana Nasionalismenya ???
Lagipula, nasionalisme maupun patriotisme tidak memiliki konsepsi untuk menyelesaikan persoalan kehidupan. Rasa kesatuan kebangsaan hanya dimanfaatkan untuk memadukan kekuatan demi mengusir penjajah dan tidak dijabarkan dalam strategi penataan struktur sosial, politik, dan ekonomi yang merealisasikan kesatuan dan kedaulatan bangsa-bangsa pasca penjajahan.

Seperti apa pandangan Islam mengenai faham nasionalisme ???
Dalam pandangan Islam, nasionalisme maupun patriotisme jelas diharamkan. Bahwa umat islam harus mempertahankan dirinya, itu benar. Namun, dorongannya bukanlah nasionalisme/patriotisme, tetapi perintah Allah SWT untuk berjihad. Islam tidak melarang kaum muslim untuk meraih kekuasaan dan memperluas kekuasaan. Namun, kekuasaan dalam islam bukanlah kekuasaan itu sendiri. Tetapi untuk menerapkan syariah di tengah-tengah umat Islam sekaligus menyebarluaskan dakwah Islam ke seluruh dunia.
Ikatan nasionalisme ini semakin jelas keharamannya ketika menjadi tujuan tertinggi dan mengalahkan ikatan akidah islam. Dalam islam, ikatan tertinggi yang menyatukan manusia adalah akidah islam. Dengan tegas Allah SWT berfirman yang artinya: "sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara" (QS al-Hujurat [49] : 10). Artinya, bangsa atau etnis manapun, selama ia mukmin, adalah saling bersaudara.
Terkait dengan keharaman faham nasionalisme ini, Rasulullah saw juga telah menegaskan dalam sabda beliau berikut: "Bukan termasuk Ummatku orang yang mengajak pada Ashabiyah, dan bukan termasuk ummatku orang yang berperang atas dasar Ashabiyah, dan bukan termasuk ummatku orang yang mati atas dasar Ashabiyah." (HR.Abu Dawud). Itu berarti Islam tidak kenal dengan yang namanya nasionalisme, maksudnya itu tidak diajarkan oleh Islam bahkan harus dijauhi, haram untuk diperjuangkan. Paham seperti ini dalam al-quran dikenal dengan ashabiyah. Rasulullah mempersatukan kaum muhajirin dan anshor dengan satu landasan yaitu akidah Islamiyah. Bukan karena landasan nasionalisme atau yg lainnya. Rasulullah mengumpamakan kita seperti satu tubuh yang saling melengkapi satu sama lain.
Ikatan nasionalisme sesungguhnya telah memecah belah umat islam dalam negara bangsa (nation state) yang berbeda- beda. Padahal, sebelum itu mereka dipersatukan selama berabad-abad dalam wadah Daulah Islamiyah. Sepertinya sikap mementingkan keselamatan bangsa sendiri ini akan menyelamatkan. Nyatanya tidak. Tindakan seperti itu justru akan memperkuat penjajah kapitalis seperti AS untuk memperluas penjajahannya. Diamnya umat islam karena lebih mendahulukan kepentingan bangsanya membuat AS secara leluasa menyerang negeri-negeri Islam dulu hingga sekarang seperti Afganistan dan Irak sekaligus mendukung Israel menyerang Palestina. Iran pun berada dalam ancaman AS. Bukan mustahil, Indonesia adalah giliran selanjutnya.
Namun, perlu juga kita tegaskan, menolak nasionalisme sebagai paham bukan berarti kita tidak mencintai bangsa. Perjuangan kaum muslimin seharusnya untuk menolak kapitalisme sekaligus berupaya menerapkan syariah Islam dalam wadah Khilafah justru didorong oleh rasa cinta kepada bangsa ini. Bukankah akibat penerapan ideologi kapitalisme bangsa ini termasuk bangsa-bangsa lain di dunia islam menderita? Bukankah pula hanya syariah Islam yang akan menjadi solusinya?
Menolak nasionalisme bukan pula berarti kita menginginkan negara dan bangsa ini terpecah-belah. Justru syariah Islam akan memperkuat sekaligus memperluas persatuan dan kesatuan bangsa dan negara ini. Sebab, syariah Islam telah mengharamkan setiap upaya pemisahan dan disintegrasi umat. Khilafah Islam akan menjadi negara global yang lintas bangsa, suku, warna kulit, bahkan agama. Ikatan yang mengikat mereka adalah ikatan ideologi bukan ikatan nasionalisme. Oleh karena itu  maka sudah saatnya kaum muslim pada umumnya dan para pemuda atau mahasiswa pada khususnya berjuang menegakkan syariah dan khilafah sebagai konsekuensi keimanan kita kepada Allah SWT.