Jika ada seratus pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika ada sepuluh pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika hanya ada satu pejuang kebenaran, Aku pastikan akulah orangnya

Sabtu, 24 Oktober 2009

Konspirasi Di balik Agenda Kesehatan Reproduksi

Ide tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) ini mugkin tidak begitu dipahami oleh masyarakat pada umumnya, khususnya para remaja. Mereka langsung saja menerima mentah-mentah ide ini ketika ada LSM yang mengadakan seminar yang membahas ini. Bahkan ada instansi pemerintahan yang menjadikan agenda KRR ini sebagai kurikulum yang akan diterapkan kedalam sekolah-sekolah.

Apa KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) itu?

KRR ini digagas oleh kafir Barat dengan paham kebebasan karena remaja dianggap kurang paham soal seks dan kespro. Jadi cenderung melakukan seks bebas. Hak-hak reproduksi remaja , seperti hak mendapatkan informasi dan pendidikan kespro dan belum terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender yang menginginkan reproduksi tidak harus dalam bingkai keluarga. Dalam pandangan ini kespro didefinisikan sebagai “suatu keadaan utuh kesejahteraan fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan”. Artinya, agar mental dan sosial “sehat”, bila seseorang ingin melakukan seks harus difasilitasi. Bila terjadi KTD (kehamilan tidak diinginkan) dan ingin aborsi, harus difasilitasi pula.

Adanya liberalisasi seks dan legalisasi aborsi melalui program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di bawah garis Internasional Conference Population Development (ICPD) tahun 1994 lalu di Kairo, Mesir. Setelah konferensi itu terjadi perubahan paradigma dalam kependudukan yaitu pembatasan kelahiran dan jaminan kebebasan bagi wanita terhadap penggunaan alat-alat reproduksinya.

Setelah 15 tahun program KRR ini diimplementasikan, justru remaja lebih terperosok lebih dalam pada pergaulan bebas. Pada tahun 1992, sebelum diterapkannya program KRR, pelaku seks pranikah di 12 kota besar di Indonesia adalah sebesar 10-13%. Namun pada tahun 2008 (setelah 14 tahun diterapkannya KRR), Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA) menemukan bahwa pelaku seks pranikah naik menjadi 62,7% di 33 provinsi di Indonesia, yang berarti sekitar 26 juta remaja hidup bergelimang syahwat. Yang menyedihkan lagi, berdasarkan survey KNPA tahun 2008, dari remaja-remaja yang melakukan seks bebas tersebut, jumlah remaja yang melakukan aborsi adalah sekitar 7 juta remaja. Itu artinya generasi muslim mengaborsi 7 juta calon bayi per tahun, artinya umat Islam telah kehilangan 7 juta calon muslim itu, jika ibu yang mengaborsi tetap hidup. Tapi jika tidak, maka jumlahnya akan semakin banyak. Jumlah ini meningkat lebih dari 50% dibanding jumlah aborsi remaja sebelum diterapkannya program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), yaitu ”baru” sekitar 3 juta kasus. Belum lagi 81,87% penderita AIDS adalah remaja dari 10-20 juta yang rawan tertular AIDS. AS sendiri telah menggelontorkan dana yang sangat banyak untuk program ini. Ini menunjukkan rencana buruk AS. AS menggelontorkan uang yang tidak sedikit, lebih dari 2 miliar US$, diantaranya untuk menyebarkan 10,5 juta kondom, 2 juta pil aborsi, lebih dari 73 juta IUD (salah satu alat KB).

STOP KRR !!!

Ide kespro terpancar dari pandangan hidup liberal/sekular. Jelas sekali ide KRR itu tertuju terhadap komunitas tertentu (baca : generasi kaum muslimin). Kaum liberalis mencoba mengesahkan perbuatan zina menjadi hal yang wajar, padahal didalam Islam zina adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk (TQS.Al Isra: 32). Mengklaim aborsi aman, padahal tetap saja melakuakan aborsi itu penuh dengan resiko : komplikasi urologi, kemandulan bahkan kematian dan diharamkan oleh Allah dalam firmanya : ”…dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, ….dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah…..” (TQS.Al An’am :151). Larangan nikah dini dengan dalih membahayakan kesehatan ibu dan janin karena organ reproduksi belum matang, padahal Allah menandai wanita telah baligh dengan datangnya haidh, berarti wanita tersebut sudah diamanahkan oleh Allah untuk menghasilkan generasi selanjutnya, dengan syarat melewati jalan pernikahan yang sah.

Lantas mengapa Indonesia sebagai negeri muslim terbesar mau mengimplementasikannya?
Mengapa kafir Barat masih memaksakan gagasan ditengah-tengah kaum muslimin?

Inilah bukti nyata agenda penjajahan Barat terhadap generasi muslim sebagai upaya menekan laju kebangkitan Islam.
Allah SWT telah mengingatkan kita dalam AlQur’anul Kariim yang artinya “ Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela, sehingga kalian mengikuti jalan mereka……”

Setidaknya ada dua hal yang membuat KRR tetap menjajah remaja muslim. Pertama, karena kita hidup dalam sistem kehidupan sekular kapitalistik, yaitu sistem tempat hidupnya imperialisme Barat. Kedua, karena adanya kekuatan , politik global yang mendominasi dunia yaitu Amerika Serikat yang berupaya menjajah remaja muslim melaui agenda KRR.

Upaya untuk mengenyahkan penjajahan terhadap remaja muslim melalui KRR haruslah dengan cara mensterilkan sistem kehidupan kita dari liberalism dan sekularisme. Kemudian menggantinya dengan sistem kehidupan Islam yang agung. Ini adalah pasti karena Allah telah menjanjikannya dalam QS An-Nur : 55.
Sebagaimana yang dicontohkan Rosulullah SAW, agar tujuan mewujudkan masyarakat Islam tercapai, perjuangan ini mesti bersifat ideologis dan politis. Antara lain dengan memahamkan Islam kepada masyarakat sebagai jalan hidup, solusi satu-satunya bagi persoalan kehidupan manusia, termasuk dalam pemenuhan naluri seks (gharizah na’u).

Jadi kembali kepada kehidupan Islam, bukan saja membuat remaja muslim terhindar dari seks bebas dan segala akibatnya. Tapi juga mengoptimalkan potensi berketurunan, membuat remaja selamat dunia akhirat. Mereka akan menjadi generasi bintang, siap melanjutkan estafet perjuangan dan kepemimpinan Islam rahamatan lil ‘alamin.

Sistem kehidupan Islam, yakni Khilafah Islam, akan jadi kekuatan politik yang menaklukan arogansi imperialisme Barat dan sekutunya. Termasuk membatalkan segala kesepakatan internasional yang bersifat menjajah kaum muslimin seperti KRR ala ICPD dan mematikan langkah para pendukungnya.

“Sesungguhnya Imam/Khalifah itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang dibelakangnya dan berlindung kepadanya”. (HR.Muslim)
Hadist ini sekaligus menunjukkan bahwa berjuang menghadirkan kembali Khilafah adalah kewajiban. Inilah jalan satu-satunya untuk mewujudkan semua remaja sehat dan bermasa depan.
Wallahu ‘alam

Surat Terbuka untuk Remaja Muslim Indonesia

No: 05/PN/08/08 Jakarta, 10 Agustus 2008

Wahai Sahabat, Kekasih Allah..
Kita sekarang hidup dalam “kampung kecil” dunia global. Batas-batas imajiner antar negara saat ini semakin tidak kita rasakan lagi. Apakah engkau merasakan bahwa “kampung kecil” kita saat ini begitu getol mengajak kita melupakan bahwa kita ini adalah hamba Allah?
Karena ajakan yang getol itu banyak sahabat-sahabat kita tidak lagi merasa berdosa ketika melakukan perbuatan yang dilarang Allah kekasih kita. Pernahkan kalian tahu bahwa Penelitian Objectively Verifiable Indicators (OVI) SeBAYA Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jatim 2004 menunjukkan hasil bahwa para responden usia 15-24 tahun yang sudah melakukan hubungan seksual dengan satu orang atau lebih, yakni sebanyak 49 orang dari 360 responden? Sejak Januari-Nopember 2004, tercatat 227 remaja yang melakukan konsultasi, 90 diantaranya telah melakukan seks bebas dan delapan orang positif hamil? Sedihkah engkau ketika tahu bahwa mereka melakukan itu tanpa merasa bersalah kepada kekasih kita Allah?
Harusnya kita selalu sadar bahwa Allah yang telah menciptakan kita, yang telah memberikan kehidupan kepada kita. Kita mampu bergerak karena Allah yang memberi kita jiwa. Kita mampu berpikir, bernafas,melihat,mendengar,dan meraba karena Allah memberikan kita kemampuan itu. Maka sudah sepantasnyalah kita hidup untuk melakukan yang terbaik menurut pencipta kita, pemberi kehidupan kita. Kita rasanya tidak punya keberanian untuk menentangnya, karena jiwa kita ada dalam genggamanNya.
Wahai Sahabat, Kekasih Allah..
”Kampung kecil” kita saat ini mengarahkan kita jadi pekerja-pekerja murah untuk mengolah kekayaan alam kita yang berlimpah ruah demi memperkaya para penjajah. Tahukah engkau emas kita dikuasai pengusaha Freeport. Sembilan puluh persen kekayaan minyak dan gas kita dikuasai oleh penjajah yang lain? Lihatlah di sekitar kita. Fenomena keterpurukan. Fenomena kesedihan. Semakin banyak mereka yang putus sekolah. Semakin banyak mereka yang harus berjuang di jalan menjadi pengamen, pemulung. Kenapa bisa terjadi kalau negara ini sebenarnya kaya? Apakah kita akan membiarkan kondisi ini terus berlanjut?
Wahai Sahabat, Kekasih Allah
Engkaulah remaja, pemuda harapan umat. Engkaulah bagian dari umat terbaik yang Allah turunkan ke tengah manusia. Di tanganmu perubahan itu bisa diwujudkan. Ditanganmu kemaslahatan manusia dipertaruhkan. Kembalikan kekayaan yang telah Allah anugerahkan ke tangan umat, untuk kesejahteraan umat. Rebut kembali kekayaan itu dari tangan penjajah!
Wahai Sahabat, Kekasih Allah
Umat telah memanggilmu! Umat telah memanggilmu! Umat menaruh harapan besar di pundakmu. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada dirimu untuk terus berbuat, untuk terus bergerak untuk menjadi pemuda tangguh. Pemuda berkepribadian Islam. Bersama-sama dengan pemuda muslim lain, menyusun barisan rapi, menghadirkan solusi Islam, menegakkan kembali peradaban Islam. Menghilangkan pengaruh peradaban kapitalisme yang rendah di dunia, sehingga hidup manusia akan menuju kembali ke kehidupan yang cemerlang.
JURUBICARA MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA

Febrianti Abassuni
HP. 08129049930
Gedung Anakida Lt. 7
Jl. Prof. Soepomo No. 27, Jakarta Selatan - 12790
Telp / Fax : (62-21) 8305848
Website : http//:www.hizbut-tahrir.or.id
==========================================================
Selamatkan Remaja Muslim!
Apa yang disampaikan oleh salah satu elemen umat Islam ini patut kita sambut. Memang benar, remaja dan pemuda Muslim saat ini berada dalam serangan brutal dari Barat yang siap menikam mereka dari segala sisi. Remaja dan pemuda Muslim merupakan aset umat yang berharga. Di tangan-tangan merekalah, perubahan masa depan yang lebih baik. Bila remaja saat ini bobrol, entah bagaimana kehidupan negeri ini di masa mendatang.
Sudah selayaknya, semua komponen dan elemen bahu membahu untuk menyelamatkan generasi muda muslim dari segala bentuk serangn brutal para kapitalis sekular. Satu-satunya cara agar kita selamat adalah kembali pada Islam. Ya, kembali pada Islam, dan hanya Islam saja. Bagaiamana mungkin kita mengenal Islam yang sempurna itu, sementara pelajaran agama di sekolah hanya dua jam? Mau, tidak mau para remaja dan pemuda mengkaji Islam komplit, di luar jam sekolahan alias remaja musti ngaji!
Tentu mengandalkan remaja saja tidaklah cukup. Keluarga, masyarakat serta negara bertanggungjawab atas persoalan remaja dan pemuda saat ini. Maka, semua komponen tersebut harus bahu membahu untuk membangunkan para remaja muslim saat ini agar mereka bangkit. Bila mereka diam saja atau tak peduli, yakinlah, di akhirat kelak semua akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. Pada saat itu, tak ada seorang pun yang bisa mengelak dari hisab-Nya. [f/m/syabab.com]

KEMERDEKAAN SEMU DALAM BINGKAI DEMOKRASI


Sudah 64 tahun Indonesia dikatakan merdeka. Akan tetapi, benarkah Indonesia sudah meraih kemerdekaan yang sesungguhnya? Sudahkah tujuan kemerdekaan diantaranya kemandirian dan kesejahteraan berhasil diwujudkan?
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita perlu mengetahui terlebih dahulu makna dari kemerdekaan itu sendiri. Kemerdekaan sering ditafsirkan orang dengan terbebasnya manusia dari penindasan-penindasan dan aturan-aturan yang mengungkungnya. Dengan kata lain, kemerdekaan adalah kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri, tanpa ada tekanan maupun campur tangan pihak-pihak lain. Orang merdeka adalah orang yang telah berdaulat sepenuhnya terhadap dirinya sendiri. Negara merdeka adalah negara yang memiliki kedaulatan untuk mengatur dirinya sendiri (Prof. Miriam Budiardjo, 1995). Dalam tulisan lain dikatakan bahwa, inti dari kemerdekaan adalah tauhid. Dengan demikian untuk menilai sejauh mana seseorang, masyarakat, atau suatu negara telah merdeka, maka harus dilihat sejauh mana mereka masih diperbudak oleh aturan, norma, adat-istiadat yang bukan dari Allah, tetapi dari bangsa asing, pemimpin diktator atau oleh hawa nafsu mereka sendiri (Dr. Ing. Fahmi Amhar, 2001).
Jika Indonesia disesuaikan dengan definisi-definisi tersebut, nyata sekali negeri ini belum merdeka. Sebaliknya, jika kemerdekaan hanya dimaknai bebas dari penjajahan fisik, betul negeri ini telah merdeka. Namun, harus diingat, penjajahan hakikatnya adalah penguasaan dan pengaruh atas suatu negeri untuk bisa mengeksploitasi manusianya, mengeruk kekayaannya dan merampas sumber dayanya. Jadi penjajahan tidak melulu bersifat fisik/militer. Ada bentuk-bentuk panjajahan non-fisik seperti penjajahan secara pemikiran, politik, ekonomi dan sebagainya. Penjajahan non-fisik ini jelas menguasai negeri ini. Panjajahan ini jauh lebih berbahaya. Pasalnya, penjajahan seperti ini mampu menjadikan bangsa terjajah secara tidak sadar mengadopsi konsepsi, sistem dan ideologi buatan penjajah.
Setelah merdeka secara fisik, negeri ini, misalnya, secara tidak sadar malah mengadopsi sistem politik warisan penjajah, yaitu demokrasi, yang lahir dari ideologi Kapitalisme. Demokrasi dijadikan alat oleh pihak asing (penjajah) untuk merecoki negeri ini. Contohnya tampak pada aspek fundamental, yaitu penyusunan konstitusi dan perundang-undangan. Amandemen konstitusi yang lalu terlihat banyak dipengaruhi (baca: didikte) oleh pihak asing/penjajah. Akibatnya, kostitusi negeri ini makin bercorak liberal. Hal yang sama juga terjadi pada penyusunan UU (undang-undang). Pihak asing berhasil mencampuri pembuatan/pengesahan sejumlah undang-undang, bahkan dari mulai pembuatan draft (rancangannya)-nya. Akibatnya sejumlah UU makin kapitalistik dan sangat liberal, yang ujung-jungnya lebih memihak asing/penjajah. Sebut saja UU Migas (UU No. 22 Th. 2001), UU BUMN (UU No. 19 Th. 2003), UU PMA (UU No. 25 Th. 2007), UU SDA (UU No. 7 Th. 2004), UU Kelistrikan (UU No. 20 Th. 2002), dan lainnya.
Di bidang pertahanan dan keamanan, hingga saat ini alat pertahanan masih bergantung pada pihak asing. Berbagai kebijakan keamanan pun banyak dipengaruhi pihak asing, terutama negara besar. Ambil contoh, kebijakan dalam kasus terorisme.
Adapun ketidakmandirian negeri ini paling jelas tampak pada aspek ekonominya. Dengan memilih sistem ekonomi kapitalisme, negeri ini masih berada dalam cengkeraman asing/penjajah, yang notabene negara-negara kapitalis besar seperti AS. Karena hal itu, negeri ini pun akhirnya terjebak dalam jerat utang dan harus menjadi pasien IMF. Akibat langsung yang dirasakan rakyat negeri ini adalah penghapusan subsidi. Kebutuhan rakyat pun menjadi mahal tak terjangkau. Demi memenuhi amanat liberalisasi investasi, kekayaan alam (minyak dan barang tambang) diserahkan kepada pihak asing. Sesuai mandat privatisasi, BUMN-BUMN pun beralih ke tangan swasta, khususnya asing. Padahal, BUMN jika dikelola dengan baik, bisa menjadi sumber pemasukan sangat besar bagi negara untuk menjalankan pembangunan, memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat dan mensejahterakan seluruh rakyatnya. Namun karena privatisai, negara kehilangan sumber pemasukan. Beban pembiayaan negara pun dibebankan kepeda rakyat. Misalnya melalui pajak dan pungutan lain yang beragam dan bertambah besar. Beban yang harus ditangung rakyatpun kian hari kian berat.
Setelah 64 tahun merdeka, perekonomian Indonesia justru makin dicengkeram asing, dan rakyatlah yang harus menanggung bebannya. Kemiskinan telah menyebabkan jutaan anak mengalami kekurangan gizi. Angka kriminalitas pun meningkat tajam, begitu juga dengan angka kekerasan dalam rumah tangga yang berujung pada perceraian pun melonjak. Bahkan semakin banyak perempuan yang akhirnya terjerumus dalam lembah pelacuran. Tentu masih banyak dampak buruk lainnya akibat penjajahan non-fisik yang masih mencengkeram negeri ini.
Pemaparan di atas mungkin telah bisa menjawab dua pertanyaan pokok di awal, bahwa Indonesia belum meraih kemerdekaan yang sesungguhnya, atau dengan kata lain hanya sebatas meraih kemerdekaan semu. Nah, ada satu pertanyaan lagi yang harus kita jawab dalam rangka untuk melengkapi pembahasan sebelumnya yaitu bagaimana agar kemerdekaan hakiki benar-benar dapat diwujudkan?
Kemerdekaan hakiki adalah terbebasnya manusia dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan pada Tuhannya manusia (Allah SWT). Hal ini tidak bisa diwujudkan selama sistem/aturan yang digunakan adalah sistem/aturan buatan manusia, terutama yang bersumber dari ideologi kapitalisme seperti sistem demokrasi. Semua itu hanya bisa diwujudkan dengan penerapan sistem yang berasal dari Allah Yang Maha Adil, pencipta manusia, alam dan seisinya sebagai wujud penghambaan kepada-Nya. Sistem itu tiada lain adalah sistem Islam.
Walhasil sistem Islamlah yang akan memerdekakan manusia dari segala bentuk penindasan, menebarkan kebaikan, rahmat, dan hidayah, mewujudkan kesejahteraan dan kehidupan, merealisaksikan keadilan, melenyapkan kezaliman yang membelenggu manusia, dan menyelamatkan manusia dari kegelapan sistem buatan manusia.
Jelas yang diperlukan oleh negeri dan bangsa ini adalah sistem yang baik sekaligus subyek (pelaku/pelaksana) yang baik pula. Itulah sistem Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah, yang dijalankan oleh Muslim yang berkepribadian Islami. Dengan itu kemerdekaan hakiki, termasuk kemandirian dan kesejahteraan, akan bisa terwujud dan dinikmati oleh semua, Muslim dan non-Muslim. Wallahu a’lam.

Sebuah Peringatan!!!


Gempa di Padang terjadi pada pukul 17:16, gempa susulan 17:58, dan gempa di Jambi besok harinya terjadi pada pukul 08:52. Coba cocokkan dengan al-Qur’an!:
1. 17:16, maksudnya QS al-Isra’ (17) ayat 16
         •   •  
Terjemah:
“dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
2. 17:58, maksudnya QS al-Isra’ (17) ayat 58
                   
Terjemah:
“tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).”
3. 08:52, maksudnya QS al-Anfal (8) ayat 52
               •     
Terjemah:
“(keadaan mereka) serupa dengan Keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. mereka mengingkari ayat-ayat Allah, Maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Amat keras siksaan-Nya.”
Tiga ayat di atas adalah ayat tentang diturunkannya azab, bagi kaum yang bermewahan (pelantikan anggota dewan yang menghabiskan dana tidak sedikit) dan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah (Aqidah Syariah). Wallahu a’lam (eramuslim.com)

Minggu, 18 Oktober 2009

Ya Alloh, betapa lemahnya diriku…

Entah berapa banyak waktu ku habiskan tanpa guna, ku hanya bisa meratapi itu di akhirnya. Oh betapa bodohnya aku yang selalu menyia-nyiakannya. Tak guna sama sekali ku sesali ini semua, namun tangis kesedihan ini tak bisa ku bendung adanya.
Baru kemaren hati tersenyum penuh bunga, mendapatkan pujian penuh asa. Motivasi serasa muncul di depan mata, untuk meningkatkan perjuangan demi tegaknya panji Islam tercinta. Oh, betapa senangnya. Oh, betapa gembiranya.

Namun, hari ini kesenangan itu serasa menghilang begitu saja. Untuk yang ke sekian kalinya, kritikan pedas terlontar menusuk dada. Nasihat bijak namun tak tertata keluar dari mulut sang ulama. Ya! ulama. Serasa tak pantas jikalau aku memberikan penilaian padanya, karena aku hanya orang biasa yang bodoh dan tak ada apa-apa di depannya.

Sungguh, betapa luka rasa di dada. Betapa tercabik-cabiknya asa tatkala menatap dan mendengar peluru tajam yang keluar dari lisannya. Lisan sang ulama yang begitu fashih, begitu paham dengan ilmu yang dipunya-nya. Entah tak ada rasa atau apa, tapi ku yakin dia adalah seorang yang sangat tak peka. Ya, ku rasa dia sama sekali tak merasa bersalah meremehkan kami bertiga.

Hmm, boleh jadi kami bertiga terutama aku memang pantas untuk diremehkannya. Karena aku memang tak sehebat, sepintar, dan sekritis dia. Sangat jauh perbandingan antara aku dan dia. Yah, wajarlah jika seorang ulama lebih tinggi derajatnya ketimbang orang yang biasa-biasa saja, toh al-Qur’an juga sudah mengabarkannya.
Huch, apa untungnya sih aku memikirkan ucapannya. Memang, siapa dia? Orang tua, bukan! Sahabat, juga bukan! Guru, apalagi! dia hanya berkedudukan sebagai dosen dalam hidupku, tak lebih dari itu. jika diri tak ingat Pencipta, jika diri tak ingat OrTua, sama sekali tak ingin ku jumpa dia untuk yang selanjutnya. Aku bosan dengan perilakunya yang sangat tak bersahabat kepada mahasiswa, sangat tak peka dengan kondisi sekitarnya.

Hwaaaaah, masa bodo aku dengan ucapan pedasnya! Persetan dengan kedudukannya! Mau dia ulama atau apa, yang ku tahu Alloh hanya melihat taqwanya. Ilmu tanpa amal, toh juga tak ada apa-apanya! dia berbuat begitu pada kami bertiga, nanti dia juga akan menerima balasannya.

Ya Alloh, mengakui kesalahan itu sangatlah mudah. Namun, alangkah sulit memperbaikinya. Di hadapanMu aku memang seorang makhluk yang sangat lemah. Namun, di hadapan sesama aku tak pantas berlaku lemah. Ya Alloh, bantu aku menjadi Mu’minah yang kuat! Demi bangkitnya kejayaan Islam tercinta, berikanlah kekuatan itu Ya Alloh! Aamiin, Allohu Akbar!!!

Sabtu, 10 Oktober 2009

“Kebenaran” Kaum Pluralis dan Kesia-siaan “Tuhan”

Jika teori kaum pluralis benar, maka Allah telah melakukan kesia-siaan atas apa yang telah Dia (Allah) lakukan selama ini

Oleh: Zarnuzi Ghufron*

www.hidayatullah.com--Pada dasarnya kita semua sepakat dengan tujuan utama kaum pluralis-liberal. Mereka ingin mewujudkan sikap saling menghormati dan toleransi di antara umat beragama. Bahkan bukan hanya antar-agama saja, tapi juga yang lain, seperti: antar negara, bangsa, suku, ras, dan yang lainnya. Karena ini yang diajarkan Islam. Tapi sayang, kaum pluralis menempuh jalan yang salah untuk mewujudkan tujuan mereka. Mereka menyempitkan diri dengan berfikir bahwa menghormati agama harus dengan cara menbenarkan semua agama, dengan alasan bahwa semua agama pada dasarnya sama. Yakni mengajarkan kebaikan, mengabdi kepada Tuhan, walaupun setiap agama berbeda penafsiran tentang-Nya. Sehingga mereka memiliki semboyan, "satu Tuhan seribu tafsir" dan –menurut mereka-- sikap merasa bahwa agama sendiri paling benar akan memunculkan sikap tidak menghormati agama lain.

Penilaian kebenaran sebuah agama telah mereka persempit dengan alasan-alasan tersebut. Sehingga seolah wilayah agama hanya terbatas dalam wilayah tersebut. Adanya persamaan di semua agama dalam mengajarkan kebaikan, seperti menghormati orang tua, saling membantu, melarang berbohong, mencuri, dan lain-lain, tidak bisa dengan sendirinya bisa menjadi justifikasi bahwa ajaran semua agama adalah benar.

Begitu juga dalam hal sama-sama ingin menyembah Tuhan. Bagi Islam, untuk membenarkan sebuah agama membutuhkan kajian yang sangat panjang, tidak sesempit yang difikirkan kaum pluralis. Di sini kita tidak perlu memperdebatkan ajaran untuk berbuat baik dengan sesama manusia yang diajarkan oleh semua agama. Kita hargai hal itu, bahkan bukan atas dasar agama pun harus kita hargai (selama tak bertentangan dengan syariat). Walaupun kita tidak membenarkan agama tersebut.

Di dalam masalah persamaan tujuan ingin mengabdi kepada Tuhan, ada yang menjadi pertanyaan bagi kita. Apakah hanya dengan sebuah tujuan saja mampu menjadi dalil kebenaran sebuah agama dengan sendirinya. Tanpa melihat: apakah yang dituju memang sudah benar, cara yang ditempuh, dalil atau dasar yang digunakan, dan apakah dalil tersebut juga benar-benar dapat dipertanggung-jawabkan?

Semisal, ada dua orang asal Jawa Timur ingin pergi ke Jakarta, masing-masing ingin berangkat sendiri-sendiri. Yang satu naik travel jurusan Jakarta dan dia akhirnya sampai di Jakarta, karena dia mendapat petunjuk tentang rute tersebut dari sumber yang dapat dipertanggung-jawabkan. Berbeda yang satunya lagi. Yang ini naik kapal laut dan travel jurusan Irian Jaya, tapi dengan maksud menuju Jakarta, karena dia tidak tahu atau mendapat sumber yang salah tentang rute Jatim-Jakarta. Apakah dengan demikian kita akan mengatakan bahwa keduanya sama-sama benar? Dan telah sampai serta sesuai tujuan, karena melihat tujuannya sama, menuju Jakarta. Begitu pun dalam menyembah Tuhan.

Kaum pluralis dengan pemahaman yang dia miliki, ingin mencoba menghilangkan kontradiksi antaragama dengan membenarkan semua agama dan keyakinan. Pemikiran ini sebenarnya ingin menghilangkan kontradiksi, akan tetapi malah memunculkan ragam kontradiksi. Membenarkan semua hal yang saling kontradiksi adalah hal yang tidak masuk akal.

Kita ambil contoh tiga agama terbesar di dunia dalam memahami Tuhan --karena masalah Tuhan adalah hal yang paling fundamental dalam kehidupan beragama. Islam meyakini Tuhan itu hanya satu, tidak beranak dan juga tidak diperanakkan. Yahudi meyakini Uzair selain sebagai anak Allah, juga meyakininya sebagai Tuhan, sehingga Tuhannya pun ada dua: Allah dan Uzair. Dan Nasrani dengan Trinitasnya meyakini bahwa Tuhan dikonsepkan menjadi 3 oknum, yaitu: Tuhan Bapa (God the Father), Tuhan anak (Jesus the Christ), dan Tuhan Roh Kudus (The Holy Spirit). Ketiga-tiganya di dalam keyakinan mereka merupakan sehakikat dan satu dalam kesatuannya. Dari tiga agama yang berbeda ini, semua mempunyai penafsiran yang berbeda dan saling kontradiktif tentang siapa Tuhan, sehingga tidak bisa dipertemukan menjadi satu buah kesimpulan. Karena sifat kontradiksi adalah, antara yang satu dengan lainnya saling membatalkan. Orang yang meyakini semuanya benar, sama dengan berkeyakinan: "bahwa Tuhan itu hanya satu, juga dua, juga tiga. Tidak beranak, juga beranak, dan tidak diperanakkan, juga diperanakkan".

Konsep Keyakinan dan Kabar Shodiq

Setiap orang yang telah memiliki keyakinan tentang Tuhan dengan konsep tertentu, akan tetapi dia kemudian meyakini konsep yang lain --yang kontradiksi dengan konsep yang telah dia yakini--, maka dia sama dengan telah membatalkan keyakinan awal yang dia yakini. Karena keduanya tidak mungkin menyatu, akan tetapi yang mungkin adalah saling membatalkan.

Melihat objek yang dikaji satu, yaitu siapa itu Tuhan, sekarang kita bertanya, dari mana ketiga agama tersebut mendapat informasi tentang Tuhan, dan apakah sumber informasi tersebut dapat dijadikan pegangan?

Untuk mengetahui sesuatu yang bersifat material dan dapat dirasa, maka kita mencukupkan dengan panca indera. Dan untuk yang bersifat metafisik (ghaib) atau yang tak kita ketahui secara langsung, baik yang telah terjadi atau akan terjadi, maka cukup dengan informasi yang dapat dipercaya (al-khobar al-masduq).

Seperti adanya perang Salib, kita tak melihatnya secara langsung, tapi kita bisa yakin bahwa perang Salib memang pernah terjadi, karena ada berita yang dapat dipercaya sehingga kita bisa yakin bahwa informasi itu benar. Begitu juga tentang perkara yang ghaib, seperti adanya Tuhan, malaikat, syaitan, surga, neraka, dan perkara yang akan terjadi, seperti Hari Kiamat, Yaumul Hisab, kita sekarang tidak mengetahuinya kecuali dari sebuah kabar yang benar-benar dapat dipercaya atau meyakinkan, yaitu dari Al-Quran dan hadis mutawatir.

Tuhan adalah Dzat yang ghaib, semua agama meyakini adanya. Akan tetapi semua saling berbeda keyakinan mengenai sifat-sifat dan siapa itu Tuhan, dan pengetahuan mereka tentang Tuhan semuanya diperoleh dari informasi yang mereka dapat, karena semua tidak melihat Tuhan secara langsung. Kaum Nasrani mengetahui Tuhan dengan trinitasnya lewat Injil. Kaum Yahudi mengetahui Uzair sebagai Tuhan dan anak Allah lewat Taurat, orang Islam mengetahui Tuhan hanya Allah lewat Al-Quran. Dari ketiga agama tersebut semua mendapat informasi tentang Tuhan lewat kitab suci masing-masing. Dan masing-masing mengatakan bahwa kitab suci mereka berasal dari utusan Tuhan.

Dan kini, sejarah telah membuktikan, Taurat sudah tidak asli lagi, begitupun Injil. Dan ini diakui oleh kalangan teolog Kristen sendiri, setelah melakukan penelitian bahwa Injil sudah tidak asli lagi dan menjadi beragam versinya, dan isinya saling bertentangan. Dan hanya Al-Quran yang tetap terjaga keasliannya sampai sekarang.

Dengan ini, Injil dan Taurat (versi sekarang) telah gagal menjadi sumber informasi tentang Tuhan. Bagaimana kita akan meyakini kebenaran isinya, sedangkan kitabnya saja sebagai sumber informasi bermasalah dan tak meyakinkan bahwa keduanya memang benar dari Nabi utusan Tuhan, seperti yang kaum Nasrani dan Yahudi dakwakan. Adalah keyakinan rapuh yang dibangun di atas sumber informasi yang rapuh dan tidak dapat diyakini kebenarannya. Lalu kenapa harus dibenarkan?

Dari tiga model pemahaman tentang Tuhan yang saling kontradiktif tersebut, sekarang kita bisa mengambil kesimpulan, mana sumber informasi tentang Tuhan yang harus dijadikan pegangan, dengan melihat keorisinilan kitab suci tersebut, dan kita tidak perlu lagi melihat kontradiksi yang ada. Siapa yang salah menilai siapa itu Tuhan, maka telah salah dalam menemukan Tuhan. Salah membawa alamat, berkonsekuensi tidak akan menemukan yang dicari dan tidak perlu dinilai benar.

Saya yakin, kaum pluralis di dalam kehidupan sehari-hari mereka selektif ketika menerima berita, sebagai tabiat kaum terdidik, dengan memilih sumber infomasi yang kuat dan dapat dipercaya, agar mendapat berita yang benar. Tapi sayang, mereka tak mampu menerapkannya di dalam memahami kebenaran informasi yang digunakan semua agama. Sehingga agama yang dibangun atas dasar sumber informasi yang kuat ataupun yang rapuh, tiada bedanya bagi mereka.

Islam dan Syariat Para Nabi

Keterkaitan dakwah Nabi Muhammad dengan nabi-nabi sebelumnya adalah untuk saling menguatkan dan menyempurnakan. Dan yang mereka dakwahkan semua terdiri atas dua pokok: pertama, akidah dan kedua syariat dan akhlak. Syariat adalah untuk membentuk hukum guna mengatur kehidupan masyarakat dan individu. Setiap umat para nabi mempunyai syariat sendiri-sendiri, seperti: syariat Nabi Musa as., syariat Nabi Isa as., dan syariat Nabi Muhammad saw. Setiap syariat yang baru menghapus syariat sebelumnya, sehingga syariat Nabi Muhammad adalah syariat terakhir untuk manusia hingga datang hari Kiamat. Adanya perbedaan di dalam syariat, karena syariat adalah jenis pengadaan (nau'ul insa') sehingga dibedakan antar-umat dengan umat yang lainnya, dengan melihat perbedaan zaman dan kondisi umat para nabi waktu itu. Karena tujuan pokok syariat adalah kemaslahatan umat manusia di dunia dan akhirat.

Adapun masalah akidah, di antara semua nabi tidak ada perubahan dan perbedaan, mulai dari Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw. Semua mengajak untuk mengesakan Allah dan mensucikan-Nya dari sifat-sifat yang tak patut bagi-Nya, iman kepada para nabi, Hari Akhir, hisab, surga, dan neraka. Dan setiap mereka membenarkan dakwah nabi sebelumnya dan memberi kabar akan datangnya nabi setelahnya.

Kesamaan akidah para nabi ini karena akidah adalah jenis berita/informasi (nau'ul ikhbar), seperti kabar bahwa Tuhan hanya satu, yaitu Allah dengan segala sifat yang Dia miliki, kabar adanya Hari Kiamat, hisab, surga, neraka, dll. Dan sebuah berita yang dapat dipercaya dan dibenarkan adalah berita yang isinya tidak saling berbeda dan bertentangan di antara pembawa berita yang berbeda-beda, dan mereka semua telah dimaklumi sebagai orang yang jujur. Seandainya ada sebuah berita yang dibawa oleh banyak orang dan isinya saling kontradiktif, maka berita tersebut tidak dapat dipercayai. Maka tidak masuk akal, seandainya salah satu Nabi mengabarkan bahwa Tuhan itu tiga, yang lain mengatakan dua, dan lainnya lagi mengatakan satu, dan semuanya saling membenarkan pernyataan yang satu dan yang lainnya. Dan bagaimana juga kita akan mengimani bahwa sumbernya satu, wahyu dari Tuhan, seandainya isinya saling bertentangan.

Ketika Allah mengutus para nabi, semua kaum telah memiliki sesuatu yang mereka anggap Tuhan. Akan tetapi tidak ada yang dilakukan oleh semua nabi kecuali mengajak untuk meninggalkan apa yang mereka anggap Tuhan dan mengajak manusia untuk hanya bertuhan kepada Allah, mengesakan-Nya dan mensucikan-Nya dari sifat-sifat yang tak patut bagi-Nya.

Seandainya teori pluralisme agama (teori bahwa semua agama benar) dan dibenarkan oleh Allah, maka Allah telah melakukan kesia-siaan (Maha Suci Allah dari kesia-siaan atas apa yang Dia lakukan), karena Dia mengutus rasul pada umat yang telah memiliki sesuatu yang dianggap Tuhan, dan semuanya saling berbeda penafsiran. Wallahu a'lam bisshowab

Penulis adalah mahasiswa Fakultas Syariah, Universitas Al-Ahqoff, Hadramaut, Yaman, dan koordinator Forum Kajian Ilmiah di Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Yaman wilayah Hadaramaut. [www.hidayatullah.com]

Golkar Akan Tarik Tokoh Liberal

Tak sampai sehari terpilih menjadi Ketua Golkar, Abu Rizal Bakrie mengaku akan “menarik” Rizal Mallarangeng, tokoh liberal yang sangat dekat dengan AS

Hidayatullah.com—Mantan tim sukses pasangan calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono, Rizal Mallarangeng, tiba-tiba tercatat di dalam daftar pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar periode 2009-2015 yang dipimpin Aburizal Bakrie.

Susunan pengurus harian DPP Golkar hasil Musyawarah Nasional (Munas) di Pekanbaru, Riau, diumumkan di Hotel Labersa, Kamis (8/10) malam.

Anggota formatur dari wilayah timur, Ridwan Bae, mengatakan, Rizal yang juga adik kandung Juru Bicara Presiden, Andi Mallarangeng, menjabat Ketua Bidang Pemikiran dan Bagian Kebijakan.

Penyusunan pengurus dilakukan setelah Aburizal, yang kerap disapa Ical, terpilih sebagai Ketua Umum DPP Golkar. Ical menang mutlak atas tiga pesaingnya, yakni Surya Paloh, Tommy Soeharto, dan Yuddy Chrisnandi, Kamis (8/10).

Masuknya nama Rizal di dalam kepengurusan Golkar cukup mengejutkan kader Golkar. Pasalnya, pengamat politik ini sebelumnya dikenal amat "dekat" dengan Partai Demokrat.

Bahkan melalui lembaga Fox Indonesia, doktor ilmu politik lulusan Amerika Serikat (AS) ini bergabung dengan dua saudaranya yang lain --Choel Mallarangeng dan Andi Mallarangeng-- menjadi tim pemenangan pasangan SBY-Boediono pada Pemilihan Presiden (Pilpres) lalu, di mana Golkar mengusung pasangan Jusuf Kalla-Wiranto.

Tak pelak, saat anggota Dewan Formatur, Ridwan Bae membacakan nama Rizal, beberapa orang meneriakkan kata "huuu" begitu keras. Tak jelas apa makna teriakan itu. Namun yang pasti, selama ini Rizal memang tak pernah tercatat sebagai kader Golkar.

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie mengungkapkan alasannya menarik Rizal menjadi Ketua DPP Bidang Pemikiran dan Kajian Kebijakan.

"Golkar ingin membuat sebuah lembaga kajian. Kemampuan dia sudah teruji. Karena itu saya ambil dia. Siapapun yang diambil, harus sesuai dengan orang yang memakai, dan saya ingin memakai kepandaian dia," kata Ical, seusai penutupan Munas Golkar, tadi malam.

Liberal

Sebagaimana diketahui, Freedom Institute merupakan lembaga kajian yang didirikan keluarga Bakrie, di mana Rizal tercatat sebagai Direktur Eksekutif lembaga tersebut. "Saya yang meminta (Rizal), bukan dia yang minta ke saya," ujar Ical.

Freedom Institute adalah lembaga pemikiran yang selama ini dikenal publik dengan penyelenggaraan diskusi-diskusi rutinnya. Lembaga terpilih sebagai salah satu penerima 2006 Templeton Freedom Award Grants dari Atlas Economic Research Foundation. Jaringan think tank terbesar di dunia yang berbasis di Amerika Serikat itu akan memberi Freedom Institute hadiah sebesar US$10,000.

Penghargaan ini termasuk dalam kategori Templeton Freedom Award for Institute Excellence, yang juga diberikan kepada delapan lembaga lain di sejumlah negara. Hadiah akan diserahkan secara resmi pada acara Liberty Forum yang diselenggarakan Atlas pada 20-21 April di Colorado Springs, Colorado, AS.

Hadiah Templeton Freedom Award diberikan khusus kepada organisasi-organisasi yang dianggap menjanjikan Amerika, terutama mereka yang bergiat mengkampanyekan kebebasan ekonomi dan kebebasan individu.

Di antara program penting Freedom Institute adalah penerbitan buku liberal. Freedom Institute telah menerjemahan buku-buku pemikiran liberal, lebih kurang 10 judul dalam setahun. Lembaga ini juga melakukan pelatihan terhadap wartawan, penyenggaraan Forum Freedom, acara talk show yang disiarkan setiap Senin pagi di kantor berita beraliran liberal, Radio 68H (direlay 50 stasiun radio di seluruh Indonesia).

Sebagaimana diketahui pula, hubungan Aburizal Bakrie dan Rizal Mallarangeng memang dikenal akrab. Ini tak lain karena pendirian Freedom Institute mendapat dukungan keluarga Bakrie.

Dalam pidato acara “Achmad Bakrie Award” tahun 2006, almarhum WS Rendra sempat mengatakan, “Dalam hubungan kesejarahan itu bisa dipahami bahwa saya menaruh hormat yang tinggi kepada “Freedom Institute” dan keluarga Bakrie, yang sadar untuk mendorong kemajuan pertumbuhan kesusasteraan di Indonesia.”

Ini juga diakui Ical sendiri Kamis lalu di beberapa media massa. “Kalau orang lain tidak setuju tidak masalah. Rizal Mallarangeng adalah orang yang saya pakai membangun Freedom Institute,” katanya dikutip Kompas. [cha, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]