Jika ada seratus pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika ada sepuluh pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika hanya ada satu pejuang kebenaran, Aku pastikan akulah orangnya

Minggu, 19 Juli 2009

KIPRAH SANG BINTANG KAPITALISME

Detik Finance Jakarta menyebutkan bahwa Sri Mulyani hampir bisa dipastikan menempati posisi menteri keuangan. Wacana menempatkan wanita kelahiran Semarang itu menjadi Gubernur Bank Indonesia, pupus sudah. Sumber detikcom di Istana, senin (13/7/2009) mengungkapkan, dalam kabinet barunya nanti, SBY sudah menyatakan secara langsung kepada Sri Mulyani, bahwa dia akan tetap dipertahankan di kabinet. Posisi yang dipercayakan kepada Sri Mulyani adalah tetap menteri keuangan. Pada awalnya Sri Mulyani diplot untuk berkantor di kebun sirih, menggantikan Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI). Sejak Boediono menjadi Cawapres, kursi Gubernur BI hingga sekarang masih kosong. “Sri Mulyani sebenarnya sudah menyatakan kesediaannya untuk dicalonkan sebagai Gubernur BI. Kesediaannya itu disampaikan secara langsung kepada Presiden SBY,” Jelas sumber di Istana itu. Namun demikian, masih menurut sumber tersebut, SBY kemudian memiliki pertimbangan lain mengingat tantangan 5 tahun ke depan adalah difokuskan pada pertumbuhan ekonomi, maka SBY hampir bisa dipastikan akan mempercayakan posisi menteri keuangan tetap di tangan Sri Mulyani. Karena SBY menilai, Sri Mulyani adalah sosok pekerja keras, rajin, pantang menyerah, bekerja sepenuh hati untuk bangsa dan Negara. “Sri Mulyani itu tidak neko-neko orangnya,” kata sumber itu mengutip penilaian SBY.

Terkait hal di atas, kiranya perlu ada banyak pengkajian lagi tentang penilaian SBY terhadap murid kesayangan professor Widjojo Nitisastro (Ketua Mafia Berkeley) itu, terlebih dengan adanya penghargaan yang diberikan kepadanya sebagai Menteri Keuangan terbaik Dunia 2006 versi Emerging Market Forum dan Majalah Euro Money.

Penilaian semacam ini agak mengejutkan dilihat dari prestasi ekonomi Indonesia yang memble belakangan ini. Kalangan analisis, sebagaimana diberitakan di Media Indonesia Online justru mempertanyakan kriteria apa yang dipakai untuk menilai. Mereka juga mempertanyakan kredibilitas dari lembaga-lembaga yang memberikan penghargaan tersebut. Sri Mulyani memang dikenal sangat dekat dengan IMF dan World Bank. Sudah pernah kita ketahui bahwa kedua lembaga Internasional tersebut tak ingin melepaskan cengkeramannya di Indonesia. Maka berbagai cara dilakukan, salah satunya mungkin dengan pemberian penghargaan yang rasanya tak pantas itu.

Sebagaimana diketahui, sebelum menjadi menteri di kabinet, ia adalah Direktur Eksekutif IMF di Washington, 2002-2004. Belum cukup. Sebelumnya, sejak 2001, ia bekerja sebagai konsultan US-IAD yang tak lain adalah saluran siluman (invisible conduit) dari pemerintah Amerika, demi kepentingan politiknya. Sehingga tak heran kalau ia beserta dedengkotnya rela menjual Negara demi kepentingan asing dan kelompoknya.

Cukup jelas sosok Sri Mulyani. Ada yang bilang dialah perwakilan IMF di dalam kabinet Indonesia bersatu. Dengan jabatan terpenting dalam masalah ekonomi ada di tangannya, IMF tak perlu lagi ke Indonesia untuk membuat lobi. Semua beres.

Tak aneh, ia ditabalkan oleh Majalah Euro money yang berkantor di London, sebagai Menteri Keuangan terbaik Dunia 2006. salah satu pertimbangannya adalah perjuangannya yang gigih untuk menaikkan harga BBM. Begitulah selalu cara mereka menepuk bahu, menghargai prestasi.

Padahal, hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan keuangan pemerintah 2007, dinyatakan sebagai disclaimer alias ditolak. “kacau balau tak bisa diperiksa,” kata salah seorang anggota BPK. Bagaimana bisa hasil kerja Menteri Keuangan terbaik dunia disclaimer?

Masihkah anda percaya dengannya? Kalau tidak, saatnya perubahan! Ganti dia beserta dedengkotnya dengan orang-orang yang amanah dan menerapkan sistem yang diridhai oleh Allah SWT.

-Dikutip dari berbagai sumber-

Belajar Berbicara Lewat Menulis


Bagi sebagian orang, berbicara di depan publik adalah suatu hal yang lazim dan merasa tak ada beban sama sekali. apalagi bagi mereka yang punya rasa percaya diri yang tinggi, serta pengetahuan yang lebih. lain halnya dengan aku yang sangat tak terbiasa dengan kondisi tersebut. Walaupun banyak hal yang ingin dan harus aku sampaikan, aku selalu memilih untuk diam seribu bahasa.

Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tak bisa melangsungkan kehidupannya dengan baik tanpa adanya interaksi dan komunikasi yang baik pula terhadap sesamanya. hal itu secara tak langsung telah menuntutnya agar mempunyai kemampuan yang baik dalam dua hal tersebut.

Lebih khususnya lagi, sebagai seorang muslim yang berkewajiban mengemban da’wah, kemampuan berkomunikasi dan interaksi yang baik merupakan syarat primer yang tak bisa ditolerir lagi. Adanya adalah suatu keharusan. Dan tidak adanya merupakan suatu ancaman. Bagaimana manusia yang lain tahu tentang substansi da’wah yang dia emban, jikalau itu hanya disimpan di dalam pikiran. Bagaimana juga manusia yang lain bisa paham, kalau dia enggan menyampaikan. Alih-alih mengajak mereka mengikuti jalan Tuhan, eh justru dia membiarkan mereka mengikuti jalan syaitan.

Inilah salah satu yang menjadi masalah terberat dalam hidupku, masalah besar yang akan mengancam masa depanku. Masalah besar yang sangat, sangat, dan sangat mengganggu kehidupanku. Apa jadinya aku, jikalau masalah ini tak segera ku pecahkan. Aku tak ingin terus menerus menjadi pecundang, karena sejatinya pecundang adalah temannya syaitan. Tapi, aku juga belum pantas dikatakan pejuang, sebab masalah sekecil ini saja aku belum mampu menyelesaikan. Jadi, sebutan apa yang paling pantas untukku???

Mungkin, aku adalah seorang yang plin-plan.

Ya, biarlah mereka menganggapku plin plan. Dan juga tak mengapa seandainya mereka sampai hati mengatakanku pecundang. Tapi, mulai saat aku menulis tulisan ini aku bertekad, aku akan belajar berbicara di depan publik lewat menulis.