Jika ada seratus pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika ada sepuluh pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika hanya ada satu pejuang kebenaran, Aku pastikan akulah orangnya

Minggu, 18 Oktober 2009

Ya Alloh, betapa lemahnya diriku…

Entah berapa banyak waktu ku habiskan tanpa guna, ku hanya bisa meratapi itu di akhirnya. Oh betapa bodohnya aku yang selalu menyia-nyiakannya. Tak guna sama sekali ku sesali ini semua, namun tangis kesedihan ini tak bisa ku bendung adanya.
Baru kemaren hati tersenyum penuh bunga, mendapatkan pujian penuh asa. Motivasi serasa muncul di depan mata, untuk meningkatkan perjuangan demi tegaknya panji Islam tercinta. Oh, betapa senangnya. Oh, betapa gembiranya.

Namun, hari ini kesenangan itu serasa menghilang begitu saja. Untuk yang ke sekian kalinya, kritikan pedas terlontar menusuk dada. Nasihat bijak namun tak tertata keluar dari mulut sang ulama. Ya! ulama. Serasa tak pantas jikalau aku memberikan penilaian padanya, karena aku hanya orang biasa yang bodoh dan tak ada apa-apa di depannya.

Sungguh, betapa luka rasa di dada. Betapa tercabik-cabiknya asa tatkala menatap dan mendengar peluru tajam yang keluar dari lisannya. Lisan sang ulama yang begitu fashih, begitu paham dengan ilmu yang dipunya-nya. Entah tak ada rasa atau apa, tapi ku yakin dia adalah seorang yang sangat tak peka. Ya, ku rasa dia sama sekali tak merasa bersalah meremehkan kami bertiga.

Hmm, boleh jadi kami bertiga terutama aku memang pantas untuk diremehkannya. Karena aku memang tak sehebat, sepintar, dan sekritis dia. Sangat jauh perbandingan antara aku dan dia. Yah, wajarlah jika seorang ulama lebih tinggi derajatnya ketimbang orang yang biasa-biasa saja, toh al-Qur’an juga sudah mengabarkannya.
Huch, apa untungnya sih aku memikirkan ucapannya. Memang, siapa dia? Orang tua, bukan! Sahabat, juga bukan! Guru, apalagi! dia hanya berkedudukan sebagai dosen dalam hidupku, tak lebih dari itu. jika diri tak ingat Pencipta, jika diri tak ingat OrTua, sama sekali tak ingin ku jumpa dia untuk yang selanjutnya. Aku bosan dengan perilakunya yang sangat tak bersahabat kepada mahasiswa, sangat tak peka dengan kondisi sekitarnya.

Hwaaaaah, masa bodo aku dengan ucapan pedasnya! Persetan dengan kedudukannya! Mau dia ulama atau apa, yang ku tahu Alloh hanya melihat taqwanya. Ilmu tanpa amal, toh juga tak ada apa-apanya! dia berbuat begitu pada kami bertiga, nanti dia juga akan menerima balasannya.

Ya Alloh, mengakui kesalahan itu sangatlah mudah. Namun, alangkah sulit memperbaikinya. Di hadapanMu aku memang seorang makhluk yang sangat lemah. Namun, di hadapan sesama aku tak pantas berlaku lemah. Ya Alloh, bantu aku menjadi Mu’minah yang kuat! Demi bangkitnya kejayaan Islam tercinta, berikanlah kekuatan itu Ya Alloh! Aamiin, Allohu Akbar!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar