Jika ada seratus pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika ada sepuluh pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika hanya ada satu pejuang kebenaran, Aku pastikan akulah orangnya

Rabu, 04 Februari 2009

Metode, Teknik, dan Sarana Pengajaran

Untuk saat ini, hampir semua sistem yang yang ada di negeri kita termasuk sistem pendidikannya secara terang-terangan berkiblat kepada barat yang berpangkal pada sistem sekularismenya. Sebuah sistem yang berasaskan pada pemisahan agama dengan kehidupan. Lantas, apakah sistem ini dapat mendatangkan kemaslahatan bagi kita ataukah malah sebaliknya? Kalaupun sebaliknya, tentu kita ingin mendapatkan penggambaran yang tepat berkaitan dengan hal ini.

Berkaitan dengan pengajaran, metode merupakan satu hal yang sangat urgen. Karena berhasil tidaknya sebuah pendidikan tergantung pada metode pengajaran yang telah dirancang sebelumnya. Adapun metode pengajaran yang benar adalah penyampaian dan penerimaan pemikiran dari pengajar kepada pelajar. Pemikiran atau akal merupakan instrumen proses belajar mengajar. Adapun akal terdiri atas empat komponen yaitu otak(otak sebagai tempat berpikir), penginderaan, fakta, dan informasi yang terkait dengan fakta. Akal, berpikir dan memahami memiliki makna yang sama, yaitu mentransfer fakta yang dicerap oleh alat indera ke dalam otak, kemudian fakta tersebut diinterpretasikan dengan informasi yang terkait, lalu ditetapkan hukum atas fakta tersebut. Karena itu jika ingin mentransfer pemikiran kepada orang lain, sebagaimana yang terjadi pada proses belajar mengajar, pengajar harus mentransfer pemikirannya melalui sarana yang bisa untuk menjelaskan, terutama bahasa.

Pemikiran tersebut dihubungkan dengan fakta yang dicerap oleh pelajar, atau dengan fakta yang pernah dicerap sebelumnya, atau yang serupa dengannya. Dengan demikian telah terjadi transfer pemikiran. Jika pemikiran tersebut tidak dihubungkan dengan fakta yang dicerap atau dapat dirasakan, seperti menjelaskan makna unta tanpa bisa menggambarkan fakta yang terkait dengannya, maka tidak akan terjadi proses transfer pemikiran, yang terjadi hanya transfer informasi saja. Dengan informasi yang ditransfer tersebut anak didik hanya menjadi orang yang belajar, bukan orang yang berpikir.

Tatkala mentransfer pemikiran kepada anak didik, seorang pengajar harus mendekatkan apa yang terkandung dalam pemikiran tersebut dengan makna-makna yang dipahami oleh anak didik, dengan cara berusaha menghubungkan antara pemikiran itu dengan fakta yang dicerapnya, atau dengan fakta yang akrab dan dirasakan olehnya, sehingga mereka benar-benar memahaminya sebagai sebuah pemikiran, bukan sekedar informasi.

Pengajar harus mendorong anak didik agar selalu peka terhadap realita yang terjadi. Karena realita tak hadir dengan sendirinya, maka seorang pengajar harus dapat memberikan gambaran yang mendekati realita tersebut kepada anak didik ketika menyampaikan suatu konsep atau ide, sehingga dapat dihubungkan dengan realita yang dirasakannya atau tergambar di benaknya. Dengan demikian mereka telah menerimanya sebagai sebuah pemikiran.

Adapun setiap pemikiran memiliki metode yang menyangkut pelaksanaannya. Lain lagi dengan teknik atau cara, yang berupa tatacara(uslub) tertentu untuk melakukan suatu aktifitas, dan uslub tersebut bersifat tidak tetap. Dalam konteks pendidikan, yang dimaksud dengan uslub adalah seluruh aktifitas terarah yang digunakan pengajar dengan maksud membantu para siswa untuk meraih apa yang diinginkan, yaitu diterimanya pemikiran, pemahaman dan berbagai pengetahuan secara efisien dan efektif.

Berbagai cara dapat dipilih pengajar sesuai dengan kondisi belajar-mengajar. Hendaknya diperhatikan tingkat kemampuan para siswa, dan dipilih teknik yang terbaik untuk mencapai sasaran, seperti teknik berdialog, berdiskusi, bercerita, menirukan sesuatu, memecahkan masalah, melakukan percobaan, dan praktek-praktek secara langsung. Kebanyakan cara memerlukan sarana untuk melaksanakan pekerjaan. Sarana dan cara bersifat tidak tetap, dapat berubah, berkembang, dan beragam, sesuai dengan kondisi, personal, dan berbagai kemungkinan lain. Sama halnya dengan keharusan adanya metode untuk melaksanakan suatu pemikiran, maka sarana dan cara juga memiliki peran penting dalam pelaksanaan suatu metode. Kesempurnaan suatu perkerjaan secara efisien dan efektif bergantung pada kreatifitas dalam mewujudkan sarana dan uslub yang sesuai untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

Bagi para penyusun kurikulum dan para pengajar, ketika mereka mengusulkan sarana dan teknik mengajar untuk seluruh materi, hendaknya memperhatikan konsep-konsep sebagai berikut: (1) sarana dan uslub bersifat tidak tetap, karenanya para pengajar hendaknya kreatif dalam menciptakan sarana dan tatacara yang efektif agar para anak didik dapat memahami pemikiran-pemikiran yang telah ditetapkan. Dan yang terpenting, hendaknya pengajar memperhatikan kondisi para anak didik dan perbedaan individual diantara mereka; (2) alat indera(pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman, dan rasa) merupaka unsur utama dari unsur-unsur yang dalam proses berpikir, dengan alat indera tersebut fakta yang dicerap akan ditransfer ke otak. Bagi para pengajar hendaknya mendorong para anak didik untuk sedapat mungkin menggunakan sebagian besar alat indera mereka dalam mencerap fakta yang menjadi objek belajar(berpikir); (3) memperhatikan penggunaan bahasa kepada para anak didik, baik dalam penulisan kurikulum maupun dalam menmpaikan pemikiran; dan (4) memperhatikan karakteristik pemahaman manusia, karena itu penjelasan dimulai dari bentuk global terlebih dahulu sebelum menjelaskan detailnya.

Adapun penggunaan teknik pengajaran yang tepat berfungsi untuk mengintensifkan metode rasional(aqliyah) para siswa, karena metode tersebut merupakan landasan bagi proses berpikir yang cemerlang dan kebangkitan yang berasakan Islam. Dengan metode aqliyah akan tepecahkan simpul besar pada diri manusia. Dengan metode itu pula akan tebentuk pada diri manusia pemikiran yang menyeluruh dan benar tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan, baik dengan apa yang ada sebelum maupun sesudah kehidupan, serta kaitannya antara sebelum dan sesudah kehidupan. Dengan metode tersebut akan mengantarkan pada aqidah Islam yang merupakan asas bagi negara, umat, dan sistem(perundan-undangan) dalam Islam. Sehingga terbentuklah kehidupan Islam yang menghantarkan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar