Jika ada seratus pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika ada sepuluh pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika hanya ada satu pejuang kebenaran, Aku pastikan akulah orangnya

Sabtu, 24 Januari 2009

Jauhi Sifat Malas !

Apa itu malas? Nama manusia, nama hewan, nama tumbuh-tumbuhan ataukah nama makanan? Hehe…saya kira kawan-kawan sudah tahu betul dengan yang namanya malas, mungkin ada yang sudah berteman lama atau bahkan akrab sekali dengannya. Udah, ngaku az bro...!!! untuk lebih mengenalnya lagi, mari kita tilik bersama-sama pengertiannya. Yuuuuk!!!!

Malas adalah salah satu sifat yang senantiasa menggejala didalam setiap diri manusia, ia merupakan gejala psikologi(kejiwaan) yang dapat dilihat secara nyata dalam bentuk sikap dan perbuatan. Bila sifat malas ini menjadi bagian dari kehidupan seseorang, maka orang itu merasa berat sekali untuk melakukan suatu pekerjaan. Mau berbuat kecuali dengan paksaan. Pekerjaan yang dikerjakan secara terpaksa akan menghasilkan hasil pekerjan yang kurang memuaskan. Hasilnya jelek, akibat kehilangan semangat ketika melakukan sesuatu.

Malas adalah suatu sifat yang tercela, ia merupakan musuh yang nyata-nyata menyeret seseorang ke jurang kegagalan. Kegagalan adalah suatu kata yang menyedihkan. Hati terasa sakit bila menemui kegagalan dalam menghasilkan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, malas harus dibasmi dari dalam diri agar melahirkan kepribadian yang kreatif dan produktif.

Eitz, ternyata malas itu bukan nama manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan ataupun makanan. Dia bagaikan sesosok monster yang sangat menyeramkan namun tak berwujud, dia siap menyerang kapan saja manusia lengah, dia tidak memilih-milih apakah manusia itu anak-anak, remaja, atau orang dewasa sekalipun. Tapi yang membuat saya bingung, kenapa sampai detik ini masih banyak diantara kita yang menjadikannya sebagai teman, padahal sangat jelas kalau malas adalah musuh yang nyata bagi manusia.

Sebagai seorang pelajar atau mahasiswa, kita harus menyadari bahwa hanya dengan kreatifitaslah akan melahirkan produktifitas. Belajar memerlukan kreatifitas. Katanya sih, orang yang kreatif itu akan jauh dari sifat ketergantungan dengan orang lain, baik teman, guru, atau orang tua. Dan kalaupun ada ketergantungan, akan relatif kecil. Hal ini adalah wajar, sebab tidak ada seorang pun yang dapat melepaskan diri dari sifat ketergantungan. Karena pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk sosial.

Kegagalan studi pelajar atau mahasiswa sebagai salah satu penyebabnya adalah karena faktor malas untuk belajar. Sejumlah buku malas untuk dibaca, hanya dibiarkan berserakan menghiasi rak buku atau meja belajar. Pekerjaan rumah atau pekerjaan lainnya bertumpuk-tumpuk menghiasi buku agenda kegiatan studi, akibat penyelesaiannya ditunda hingga menjelang hari ujian.

Sekiranya ingin menjauhi sifat malas , maka salah satu caranya adalah jauhkanlah sifat suka “nyontek” hasil pekerjaan orang lain atau nyontek dari catatan yang sengaja dibuat dirumah menjelang hari ujian. Tanamkan pada diri sendiri bahwa belajar hanya untuk mendapatkan ilmu, bukan nilai yang hakiki(yang sebenarnya). Sedangkan belajar karena untuk mendapatkan nilai yang tinggi biasanya(terkadang) mengusahakan upaya-upaya lewat jalur yang kurang baik, yaitu melepas kejujuran dengan merangkul kemunafikan. Ingatlah, nilai dalam bentuk angka-angka didalam rapor atau KHS(Kartu Hasil Studi) bukanlah simbol kedalaman dan keluasan ilmu seorang pelajar atau mahasiswa. Siapa tahu bahwa nilai itu telah disulap dengan kekuatan kebijaksanaanm, perasaan guru/dosen, atau hasil dari akibat pekerjaan nyontek dari catatan yang telah disiapkan dalam kertas ukuran kecil. Soal nyontek atau tidak, guru/dosen tidak tahu atau tidak mau tahu, yang penting jawaban atas soal telah diperiksa dan itulah hasilnya. Bila kasihan diangkat nilainya, bila tidak dibiarkan.

Gambaran diatas hanyalah suatu kasus, tidak seluruhnya benar. Tidak salah bila niat untuk mendapatkan nilai yang tinggi dijadikan sebagai alat untuk membuang jauh-jauh sifat malas dari dalam diri. Sehingga giat membaca buku atau literatur, baik buku wajib maupun penunjang. Niat untuk mendapatkan nilai(prestasi belajar) yang tinggi itulah yang dapat membantu meningkatkan konsentrasi dalam belajar. Dengan demikian , nilai adalah alat motivasi ekstrinsik, yaitu dorongan yang berasal dari luar diri. (dikutip dari buku “Rahasia Sukses Belajar” yang ditulis oleh Drs. Syaiful Bahri Djamarah).

100% saya setuju dan mendukung apa yang dikatakan beliau diatas. Walaupun pada faktanya saya belum bisa kreatif (buktinya saya nyontek tulisan beliau) hehe.... Tapi yang jelas, sedikit demi sedikit saya akan terus berusaha berubah dalam rangka menuju kearah yang lebih baik. Sukses di dunia, sukses di akhirat, gapai ridla-Nya. Itulah mungkin tujuan kita semua. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar