Jika ada seratus pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika ada sepuluh pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika hanya ada satu pejuang kebenaran, Aku pastikan akulah orangnya

Sabtu, 24 Januari 2009

Bahaya Islam Liberal

Mungkin kebanyakan kita sudah sering mendengar istilah Islam liberal, namun tak semuanya paham dan mengerti betul bagaimana eksistensi yang selama ini dijalankannya. Untuk itu pada kesempatan ini saya tertarik menguraikannya secara singkat berdasarkan artikel panjang tulisan Hartono Ahmad Jaiz (http://www.kautsar.co.id) yang telah saya baca.

Sebelumnya saya pernah mengira bahwa Islam liberal merupakan nama salah satu kelompok Islam, namun setelah membaca artikel tersebut sedikitrnya saya tahu ternyata perkiraan saya keliru. Islam liberal hanyalah sebuah pengkategorian yang dipakai untuk mereka yang secara umum dianggap sebagai orang-orang yang mengadakan pemahaman-pemahaman baru yang tak sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dalam arti mengakomodasi Barat ataupun adat sesuai selera tanpa memperhatikan landasan Islam, atau lebih sering lagi kita sebut mereka sebagai orang-orang yang nyeleneh(aneh). Walaupun telah jelas kebusukannya, banyak diantara tokoh-tokoh Islam terkemuka yang menganggap mereka itu sebagai mujaddid(pembaharu) setarap dengan mujtahid. Pengangkatan dan penempatan secara tidak sah itu justru disahkan dengan cara diajarkan di perguruan-perguruan tinggi Islam baik negeri maupun swasta se-Indonesia, bahkan kemungkinan sedunia, terutama studi Islam di Barat. Bukan sekadar sampai tingkat sarjana namun sampai tingkat pasca sarjananya.

Jika kita tilik kembali asal usul keberadaannya maka awal munculnya perjalanan tokoh-tokoh Islam liberal dimulai sejak abad 18, oleh Syah Waliyullah (India, 1703-1762) seorang salafi yang sangat kental dengan tradisi Islam adatnya saat itu, karena itu dialah yang dianggap sebagai cikal bakal Islam liberal. Sedangkan untuk tokoh-tokoh abad terakhir ini kebanyakannya adalah para alumni Harvad dan Berkeley. Dan yang perlu kita ketahui betul bahwa untuk beberapa tahun terakhir ini Islam liberal di Indonesia sudah sampai pada pemahaman pluralisme, menganggap semua agama itu sama atau paralel, semua menuju keselamatan, dan tidak boleh memandang agama orang lain dengan agama yang kita peluk. Dan bahkan masih banyak lagi pemutarbalikan istilah-istilah dan pemikiran-pemikiran yang slama ini sudah lazim kita yakini. Sungguh, ini satu hal yang sangat mengerikan jika terus berlanjut dan dibiarkan begitu saja.

Kekhawatiran yang sangat janganlah lantas membuat kita merasa enggan mencari tahu tentang hal-hal yang berbau Islam liberal. Justru sikap kritislah yang sebaiknya kita ambil, sehingga paling tidak sedikit banyaknya kita dapat membantu meminimalisir mengalirnya pemikiran-pemikiran itu di masyarakat kita. Adapun beberapa kelemahan pokok yang dapat kita jadikan sebagai rujukan dalam rangka merobohkan pemikiran-pemikiran tersebut antara lain bahwa mereka: (1) Tidak punya landasan/ dalil yang benar; (2) Tidak punya paradigma(daftar contoh perubahan) ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan; (3) Tidak mengakui realita yang tampak nyata; (4) Tidak mengakui sejarah yang benar adanya; (5) Tidak punya rujukan yang bisa dipertanggung jawabkan, baik dari segi metode keilmuan maupun dari segi tinjauan keyakinan atau teologis.

Adapun diantara tokoh Islam liberal di Indonesia antara lain Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina Mulya, Jakarta; Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta; Goenawan Mohammad, Majalah Tempo, Jakarta; Jalaluddin Rahmat, Yayasan Muthahhari, Bandung; Nasaruddin Umar, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta; Komaruddin Hidayat, Yayasan Paramadina, Jakarta; Said Agil Siraj, PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), Jakarta; Rizal Mallarangeng, CSIS, Jakarta; Syamsurizal Panggabean, Universitas Gajahmada, Yogyakarta; Ulil Abshar Abdalla, Lakpesdam-NU, Jakarta; Luthfi Assyaukanie, Universitas Paramadina Mulya, Jakarta; dan masih banyak tokoh Islam liberal yang lainnya.

Dari pemaparan singkat di atas setidaknya kita telah memahami bahwa Islam liberal menawarkan pemahaman model-model yang tidak sinkron dengan ilmu, kenyataan hidup, sejarah yang benar, dan bahkan tidak pakai dalil al-Qur’an, as-Sunnah, dan Ijma’, serta pemahamannya tidak merujuk kepada pemahaman umat terbaik yakni tiga generasi awal Islam(sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in), maka dari itulah jelas jauh dari kebenaran. Baik itu kebenaran secara ilmu, realita, maupun secara paradigma ilmu Islam. Maka sudah selayaknyalah umat Islam hati-hati dan waspada terhadap bahaya pemahaman Islam liberal itu. Dan kalaupun mampu alangkah baiknya kita mengadakan pengadilan terhadap pemahaman mereka, dan menentukan keputusan sesuai dengan hukum Islam yang benar. wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar