Jika ada seratus pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika ada sepuluh pejuang kebenaran, Aku salah satunya, Jika hanya ada satu pejuang kebenaran, Aku pastikan akulah orangnya

Selasa, 20 Januari 2009

Ajari aku mencintai-Mu

Aku hidup, bukan untuk menuju kematian
Aku hidup, bukan untuk meraih keduniawian
Aku hidup, hanya untuk satu tujuan
Aku hidup, untuk menggapai cinta-Mu wahai Sang Pujaan

Nafas hidup, sempurnanya fisik, tercukupinya kebutuhan, kebahagiaan yang tiada henti, dan kenikmatan hidup lainnya yang tak terhingga merupakan bukti betapa cintanya Engkau kepadaku. Bahkan aku yakin, cinta-Mu kepadaku melebihi akan cinta seorang ibu kepada anaknya. Karena Engkaulah Sang Pemilik cinta sekaligus sebagai pecinta yang tak henti mencinta siapa saja yang ingin Kau cinta.

Boleh jadi Kau memang sangat mencintaiku.
Tapi, apakah aku sudah membalas cinta-Mu?
Tuhan, aku tahu cinta-Mu kepadaku adalah cinta “walaupun”, bukan “karena”. Namun alangkah indahnya jika aku tetap memohon ampun kepada-Mu karena belum bisa mencintai-Mu sepenuh hatiku. Ampuni aku karena lebih banyak mengumbar cinta kepada makhluk-Mu. Hingga akhirnya aku bingung dimana harus menempatkan cinta untuk-Mu.

Kecintaan-Mu yang begitu besar, Kau tunjukkan dengan pengabdiaan-Mu kepadaku yang tiada henti, hingga seakan-akan tak ada makhluk lain yang dapat Kau cinta. Tapi, ada satu hal yang membuatku malu bahkan sangat malu kepada-Mu. Pengabdianku kepada-Mu tak sebesar pengabdian-Mu kepadaku. Aku menyembahmu, tapi seakan-akan ada Tuhan lain yang juga ku sembah. Tuhan, aku tahu kalau rasa malu dan bersalah yang ada dalam diriku takkan ada apa-apanya di hadapan-Mu tanpa sebuah tindakan nyata yang dapat merubah semua itu.

Tuhan, aku pernah bertanya kepada seorang mu’allim tentang bagaimana cara mencintai-Mu. Katanya, untuk mencapai tingkat mahabbah aku harus melalui ma’rifat terlebih dahulu. Dan ma’rifat itu hanya bisa ku capai jika ada seorang mursyid yang membimbingku.

Tuhan, ku ingin bertanya kepada-Mu, benarkah yang dikatakan mu’allim itu? Benarkah kalau aku harus punya mursyid dulu baru bisa mengenal-Mu? Kalaupun itu benar, aku tidak akan bersedih karena sampai sekarang masih belum menemukan mursyid itu. Aku tidak pantas bersedih karena ada Engkau yang selalu bersamaku, ada Engkau yang senantiasa membimbingku, ada Engkau yang senantiasa menunjukkan jalan-Mu padaku.

Aku yakin, Engkaulah yang sebenarnya paling tahu segala hal tentang-Mu. Aku yakin, Engkaulah yang pantas dianggap sebagai zat yang paling mengenal segala tentang-Mu. Untuk itu, aku ingin mengajukan satu permohonan kepada-Mu. Tuhan, ajari aku mencintai-Mu.

1 komentar:

  1. cinta, cinta, cinta,,,

    makan tu cinta,,,

    by: Kawan Qm... ^_^

    BalasHapus